CHOOSE THE RIGHT TIME
Subhanallah,
hari ini aktivitas yang harus saya lakukan padat merayap. Tak hanya urusan
domestik yang ingin segera ditangani tapi saya harus buka rental di pagi hari. Karena
suami agak kelelahan dan kurang enak badan sehingga harus saya gantikan
pekerjaannya, ya tempat kami bekerja jadi satu dengan tempat tinggal kami
sehingga sebenernya lebih mudah bagi saya untuk mengantikan tugas suami. Namun,
dengan kondisi seperti ini ternyata membuat kami jarang berkomunikasi secara
intens, ketika suami bekerja saya menemani anak bermain, dan ketika rental
sedang ramai pengunjung saya harus ikut membantunya. Ketika anak istirahat,
suami saya suruh ikut menemani si kecil tidur gantian saya yang jaga rental.
Begitulah
keseharian saya, sehingga komunikasi produkif jarang sekali bisa terlaksana. Hehehe
biasanya ketika suami sedang mengerjakan sesutu seperti memperbaiki printer
atau komputer selalu saya ajak bicara, tapi pada akhirnya saya sebel sendiri
lah kadang gak fokus atau ndak dengar saya bilang apa, weleh.. (bojone wis
ngedabrus malah ra direken) hihihi..
Ternyata
fitrah laki-laki memang berbeda dengan perempuan yang multitasking (bisa
melakukan berbagai pekerjaan dalam satu waktu) kayak goreng tempe disambi muter
cucian disambi ngonceki brambang disambi cuci piring. Nah, kalau laki-laki ya
hanya bisa fokus pada satu hal saja sehingga kalau sudah sedang fokus itu ya
tidak akan berpaling ke lain hati.
Karena
itu saya menggunakan kaidah choose the right time walaupun harus lebih sabar
untuk menunggu waktu yang tepat, harus sabar mengendalikan emosi, dan harus
mampu mengumpulkan energi positif ketika berbicara nanti. Saya jadi teringat
pesan ibu kepada saya “lek bocah lagi rewel, ono masalah rumah tangga smyn kudu
sabar yo mung kuwi kuncine rumah tangga, eling iku ladang amale smyn, jihade
smyn, sing nyedake smyn karo Gusti Allah, smyn eling-eling kuwi lek pas kesel
insyaAllah ilang kesele nduk”. Yap sabar kunci utama meredam emosi, ketika
ingin menyampaikan sesuatu tapi harus menunggu waktu dan emosi yang tepat juga
membutuhkan kesabaran, tapi dengan mengingatnya sebagai ladang amal untuk kita
jadi membuat saya bangkit kembali, saya biasanya menepi sebentar untuk
menstabilkan kembali emosi saya, setelah itu baru kembali membersamai anak dan
menunggu waktu yang tepat berkomunikasi dengan suami.
Alhamdulillah
hasilnya ternyata lebih maksimal, dan suami juga lebih memahami pesan yang saya
sampaikan. Seperti ketika saya ingin menunjukkan materi yang saya peroleh di
Kelas Bunda Sayang, namun tak kunjung menemukan waktu yang tepat. Akhirnya setelah
bertapa hihihi bersabar dan menemukan waktu yang tepat saya mulai bicara, “Bi,
aku dapat materi komunikasi produktif ke pasangan dan anak, ternyata kalau
biacara ke anak harus seperti ini dan itu sambil menunjukkan blog yang saya
buat.” Tanpa disangka beliau menjawab, “iyo aku tahu, aku udah baca blog eh
smyn tadi”. Saya langsung terkesima, kaget dan jatuh cinta lagi sama pak suami
hahahaha.
Dan
kami mulai melanjutkan pembicaraan mengenai komunikasi produktif. Ketika saya
ada perkataan yang belum jelas beliau langsung bilang “gak jelas sing mau,
ngomong sing jelas ben aku mudeng.” Hihihi.
Alhamdulillah,
semoga saya bisa terus mengunci ilmu komunikasi produktif dengan terus
mempraktekkannya. Semangat untuk menemukan waktu yang tepat, untuk lebih
bersabar lagi dibanyakin kulakan sabarnya, agar lebih semangat dan waras dalam
membersamai kalian, suamiku mbak Inayku.
Malang, 03
Juni 2017
#level1
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar