Selasa, 30 Mei 2017

# Fitrah based education # Kurikulum Belajar

Matrikulasi Pokok HEbAT 3

๐Ÿ“š๐Ÿ“š๐Ÿ“šResume Kulwap Ⓜatrik #4 Solo HEbAT Community๐Ÿ“š๐Ÿ“š๐Ÿ“š

Materi Pokok ke 3⃣

*Tazkiyyatun Nafs*

Narsum :Bunda Rita Riswayati
Admin   : Bunda Erli Yenti
Host      : Bunda Ria Arianty
Notulis  : Bunda Antik

==========================

Materi Diresume oleh: Rita Riswayati

*Tazkiyyatun Nafs*
(Selanjutnya penulis singkat jadi TN)

Tazkiyyatun Nafs sesungguhnya diperuntukan bagi orang yang sudah aqil baligh, sudah atau belum menikah, punya anak atau tidak, guru maupun murid.

Kalau saya baca dari kitab tafsir Ibnu Katsir, Tazkiyyatun Nafs artinya *membersihkan/mensucikan , maknanya adalah tunduk dan ta'at*

Jadi *How*nya, apapun yg bisa membuat kita makin tunduk dan ta'at pada Alloh.
Efeknya hati menjadi bening, jernih jiwapun sehat baru bimbingan Alloh, Rosul, orang" sholih dan apapun serta siapapun 'guru kehidupan' akan membuat kita dapat mengambil hikmah.

Menurut pak Harry Santosa, Tazkiyyatun Nafs teknisnya adalah dengan berkegiatan sesuai aspek-aspek fitrah. Fitrah keimanan dan seterusnya.

Kembali ke resume kitab, start dan finish beban penghambaan adalah Tauhid yg membersihkan jiwa dari syirik dan berbagai akibatnya spt 'ujub, dengki, sombong, kikir , *Amarah*, dzolim, cinta dunia, dll.

TN bertujuan mensucikan diri plus melepaskan beban, kecuali penghambaan. Jadi apapun amanahNya, termasuk anak,jadikan itu aktualisasi diri dari penghambaan kita kepada Alloh.
Udah, kelar masalah kita๐Ÿ˜€

*Induk Sarana TN*:
Sholat (Al -Ankabut: 25)
Zakat, infak, shodaqoh ( Al Lail : 18) Shaum ( Al Baqoroh: 183) Tilawah Al Qur'an:  Al Anfal: 2) Dzikir ( Ar- Ra'd: 28 & Al-Fajr:
27-28) Tafakkur (Ali Imron: 190-193) Mengingat kematian (Al- A'raf:
185) Muhasabah harian (Al Hasyr: 18) Mujahadah /bersungguh-sungguh ( Al 'Ankabut: 69) Amal Ma'ruf dan nahi munkar (Al Ma'idah: 78;
Asy-Syams: 9; Ali Imran: 104) Melakukan pelayanan umum dan khusus dan tawadhu' ( Al Hijr: 88) Taubat ( Al Furqon: 70) *dinukil dari Intisari Kitab Ihya'Ulumuddin, syekh Imam Al Ghazali

===========================
*Tanya Jawab*

1⃣ *Agie, Bandung*

Kadang orang tua dalam mencari kegiatan untuk anak, tidak benar-benar memperhitungkannya scr holistik dari sisi si anak. Misal, ada kegiatan prakarya di tempat yg agak jauh dari rumahnya. Tapi karena atas nama agar anak berkegiatan, tetap berangkat, tanpa org tuanya tidak memperhitungkan lama perjalanan yg harus ditempuh dan bagaimana proses perjalanannya (karena semua 12 indera anak sgt sensitif, sehingga akan terstimulasi secara berlebihan ketika melakukan perjalanan dan jadi lelah fisiknya), anak lelah, tidak mood ketika sampai. Atau tidak memperhitungkan temperamen alami sang anak, cocok atau tidak dengan jenis kegiatannya, tidak menyiapkan perbekalan makanan, sehingga pada akhirnya jajan makanan yang belum jelas kehalalan dan kethayyibannya. Gimana caranya agar orang tua tidak hanya sekedar mencari segala bentuk kegiatan untuk anak, tapi benar-benar memilih dan mempersiapkan dengan baik, dgn memperhitungkan dari sisi sang anak.

*Jawaban*

1⃣ Bunda Agie, sebagai orangtua kita sering berpikir ideal. Dan anak-anak justru yang menjadi jalan agar kita juga berpikir realistis.
Makin lama kita akan terlatih strategis untuk bisa menjembatani idealitas dan realitas ini kok.
Pada dasarnya pola mencari keseimbangannya sama,  persiapkan :
1. Rohani kita dg TN.
2. Akal kita dg pengetahuan dan strategi. Pengetahuan bukan sekedar ilmu, tapi pengetahuan kita ttg anak. Wajib dikenali ke khasannya. Apa yg paling membuatnya semangat, tertarik dan sebaliknya.
Gunakan data sebelumnya sebagai bekal berkegiatan kedepannya.
3. Fisik, anak 0-6 tahun secara fisik aman dan nyaman. Makanannya, sekresinya (pola BAB,BAK,keringat/kelembaban). Mainan kesayangan. Lingkungan:ramai atau sepi.
Dan lain sebagainya.
4. Naluri/insting orangtua, jika ada keraguan segeralah cari keyakinan diri. Sehingga yakin untuk mengambil, menunda atau memang tidak perlu mengambil kegiatan itu untuk anak.
Ini juga perlu dilatih di asah, sehingga kepekaan kita memprediksi apakah ini yg terbaik untuk kita atau untuk anak.

Yang terpenting evaluasilah setiap kegiatan. Proses dan dampaknya. Makin sering berkegiatan dengan diawali *Niat* yg sungguh-sungguh dan diakhiri evaluasi inshaAlloh kita dan anak-anak akan terlatih jiwa,akal dan raganya.

Di HEbAT kami mendorong Orangtua utk pede dan senantiasa mau belajar mendampingi anak²nya sendiri utk berkreasi, belajar berempati terhadap anak, menurunkan ego/ekspektasi, "membaca" dan menyerap kebutuhan anak serta mengapresiasi setiap pencapaian anak dan perbanyak bersyukur.


2⃣ *Tri, Solo*

1. "TN bertujuan mensucikan diri plus melepaskan beban, kecuali penghambaan"
saya guru/pendidik, namun belum bisa amanah dgn tugas saya mungkin karena ada rasa 3D dengki dendam dongkol di hati. mohon tips/ nasehat ustadzah utk melepas beban 3D tersebut.

2. apakah anak yg belum baligh tidak perlu TN, padahal sudah mulai praktek sholat, ngaji, sodakoh dll.mohon pencerahannya

3. induk sarana TN salah satunya: tilawah Al Quran.
menghafal Al Quran (= membaca ayat/surat berulang2) membuat jiwa tenang dan hati bersih. mengapa ketika jumlah hafalan ditargetkan di sekolah/pondok, ada murid yg stress (afwan)

*Jawaban*

2⃣ Bunda Tri, 3D ini musuh dalam selimut memang.๐Ÿ˜…

Ibarat gulma yg mengganggu amal produktif kita, maka yg paling efektif membasminya adalah: temukan akar pencetus 3D.
Terutama dendam, bisa jadi pangkal dongkol tak berkesudahan dan merembet kemana-mana Dengki netralisir dengan perkuat rasa syukur, itu yg saya upayakan jika kambuh penyakit hati semacam itu.

Untuk anak sebelum, sebelum aqil baligh maka yang kita memang perlu *melatihnya* untuk membersihkan jiwa, meski Tazkiyatun Nafs itu sendiri sebenarnya adalah bermakna olahjiwa.
TN untuk anak justru sebenarnya ditekankan sebagai pondasi adab.
Adab sebagai murid, adab berguru. Dalam seminar yg saya hadiri, ustadz Faudzil Adzhim pernah menuturkan, dalam tradisi pesantren salaf, ada sebuah kitab dasar tentang adab yang wajib dipelajari. Nama kitabnya: Ta'lim Muta'alim.
Meski ada beberapa bagian yang sudah kurang relevan dengan perkembangan saat ini (kata suami saya kalau ini).

Adapun sarana TN yg ternyata efeknya justru mbuat stress, itu lebih disebabkan karena:
1. Nawaitu. Niat yang memang bukan untuk TN 2. Tidak diawali dengan menumbuhkan kecintaan pada Al Qur'an .
3. Target hapalan yang tidak selaras dengan fitrah belajar atau fitrah bakat. Sehingga justru menjadi beban, bukan sebuah kenikmatan. ✅

3⃣ *Ummi Nisa, Solo*

Ketika kita sudah berusaha untuk memperbanyak amalan2 baik wajib maupun sunnah dan dilakukan dengan bersungguh2, tetapi sepertinya belum mendapatkan ketenangan jiwa..apakah ada yg salah dari diri kita? Langkah apa yg harus dilakukan?
Jazakumullah khoiron katsiron..

*Jawaban*

3⃣Ummi Nisa, saya pernah  punya trauma yang sangat membekas, dan lama membuat saya sering muncul perasaan tak tenang.
Ternyata masalahnya ada pada: saya kurang mengimani takdir.
Sehingga saat saya takut untuk marah pada Alloh, saya melampiaskan marah  kekecewaan pada manusia.

Jadi saya makin memahami bahwa mengimani qodar itu begitu pentingnya untuk jiwa saya sendiri. Lebih ikhlas dan optimis menjalani hidup, bersemangat menuju masa depan dan menjalankan amanah sebagai orangtua untuk 6 buah hati kami.

Jadi intinya kenali sumber masalahnya, dan hanya kita sendiri yang tahu. Ternyata menjalankan HE membuat hati saya jauh lebih tenang. Sebab TN memang berefek pada turunnya egosentris kita, dan melemahnya obsesi syahwat dan penyakit cinta dunia. ✅


4⃣ *Fitien - Jombang*

Bagaimana cara / kiat agar istiqomah dalam usaha untuk membersihkan jiwa

*Jawaban*

4⃣Bunda Fitien, Istiqomah itu sendiri sepemahaman dan sepengalaman saya,  sebenarnyca hasil dari sebuah proses. Awalnya dari kebutuhan.
Temukan alasan terpenting sehingga apapun yg kita lakukan, termasuk TN adalah sebuah *kebutuhan* jiwa.
Dalam ilmu tentang tubuh, rasa haus itu adalah alarm yg menandakan tubuh membutuhkan asupan air, demikian pula rasa lapar.
Untuk jiwa alarm haus dan lapar itu ada pada perasaan labil, gundah, galau, gelisah serasa ada sesuatu yang timpang. Saat alarm itu menyala maka itu kode untuk kita kembali ke track. Fluktuatif keimanan itu hal manusiawi, begitupun memperjuangkannya untuk kembali ke jalan yang seharusnya. Itupun hal yg setiap manusia bisa lakukan, sangat manusiawi juga. ✅

5⃣ *Sari Masyita (Bunda Azzam), Aceh*

Assalammualaikum ustadz...
saya mau bertanya mengenai tazkiyatun nafs...
Terkadang yang namanya semangat hati terkadang semangat ibadah ustadz tapi terkadang malas banget, kalo lg semangat ibadah membersamai anak pun jd semangat dan sebaliknya kalo lagi ga semangat jd terkadang cuek ma anak, gimana menyikapi hal ini ya ustadz Terima kasih  ๐Ÿ™๐Ÿป

*Jawaban*

5⃣ Bunda Sari, ini jawabannya senada dengan no 4⃣.
Buat alasan sebanyak banyaknya, cari dari sekian alasan itu yang *terpenting*.
Bisa dipandu pertanyaan diri: the power of question.
Mengapa saya harus stabil dalam membersihkan jiwa?
Untuk apa?
Dan seterusnya.
Ditulis saja bun kalau lagi futur (nge-drop), terus baca berulang-ulang. Sampai jiwa dan akal kita tersadar dan tergeraklah raga kita untuk melaksanakan berbagai sarana TN. Temukan dan rasakan energi yang didapat dari TN, lalu salurkan ke orang" terdekat: anak dan pasangan hidup kita.

Kaitannya dengan anak, kembalikan lagi tadi seperti yg saya sampaikan di materi pengantar: TN itu hakikatnya penghambaan, dan menjalankan amanah mengasuh dan  mendidik anak adalah bagian dari penghambaan itu sendiri, apapun ptofesi, jabatan duniawi pada akhirnya pertanggungjawaban peran sebagsi orangtua kelak akan dihisabNya. ✅

6⃣ *Ratna - Solo*
Bagaimana menumbuhkan tawakal,  setelah ikhtiar agar bisa positif thinking atas keputusan yg dilakukan?

*Jawaban*

6⃣ Bunda Ratna, rumus tawwakal itu= ikhtiar+do'a+huznudzon.

Jadi positif thinking itu buat saya pribadi adalah modal.
Tapi memang modal yang berawal dari kebiasaan mencari dan menemukan hikmah dalam setiap peristiwa penting hidup saya.
InshaAlloh saat terlatih berpikir, berikhtiar dan menjalinnya dengan do'a, aliran positif thinking sangat terasa menyegarkan pikiran dan menentramkan jiwa. Kaitannya dengan keputusan, keputusan itu hasil proses berpikir, menganalisa dari berbagai input dan pengalaman. Jadi makin sering diasah, kita akan terbiasa yakin dengan keputusan yg perlu diambil.
Dengan panduan kitabulloh tentunya. ✅

7⃣ *Yenni - Medan*

Semenjak sy menikah tingkat penakut penyegan sampai rendah diri makin meningkat khususny dengan adik ipar dan mertua karena efek suara di keluarga lebih mendominasi mereka .. apalagi tentang pengurusan anak .. mungkin efek karena saya bekerja dan menitipkan anak kpd mereka..dampakny sekarang anak saya juga agak kasar dalam hal etika padahal sebelum2nya tdk seperti itu..dan saya juga agak payah mengikuti aturan suami saya.. jadi bagaimana cara saya mensucikan fitrah diri saya ini..karena dampak yang terlihat saya jadi sering pelupa ceroboh dan kebingungan..tidak be yourself khususnya di hadapan keluarga suami saya

*Jawaban*

7⃣ Bunda Yenni yang di sayang Alloh, rasa takut kita adalah wajar sebenarnya. Hanya letaknya tentu tak boleh melampaui rasa takut kita pada Alloh.

Dan pada dasarnya efek takut pada Alloh dan takut pada selain Alloh memang beda.
Takut pada Alloh membuat kita memiliki jiwa merdeka. Tak gentar dengan apapun, sebab memang takut pada Alloh menjadi senjata keberanian.

Sebaliknya, takut pada manusia, karier, harta, jiwa, dan faktor duniawi lainnya, berefek pada membelenggu jiwa. Bersandar pada Alloh berarti kita bersandar pada yang Maha, bersandar pada selainnya justru melemahkan.

Maka perkuat sandaran kita pada Alloh, maka perlahan rasa takut akan memudar. Yang hadir adalah perasaan rileks dan optimis. Kita akan rileks menghadapi suami, mertua dan ipar serta siapapun.

Yg perlu kita pelajari dan amalkan: komunikasi vertikal horizontal.
Vertikal pada Alloh, dengan TN.
Horizontal pada sesama hambaNya. Bekalnya dengan mempelajari bahasa kasih . Itu diantaranya.
Percaya diri itu muncul karena perasaan rileks dan optimis juga. ✅

8⃣ *Santi - Malang*

Assalamu'alaikum. Disebutkan di materi beberapa sarana Tadzkiyatun Nafs menurut Al-Quran, apakah harus terpenuhi semua utk dapat mendampingi ananda menumbuhkan fitrahnya? Jujur masih ada yang belum mampu sy lakukan scr sempurna, misal di salah satu amalan sudah istiqomah sementara yg lain blm. Terimakasih.

*Jawaban*

8⃣ Bunda Santi, TN itu latihannya jiwa, TN juga masuk pada proses belajar dan mengajar.
Saat kita menumbuhkan dan menguatkan fitrah keimanan anak serta fitrah yang lainnya, melatihnya beribadah, mendampinginya belajar tentang segala aspek kehidupan, sebenarnya kita sedang melakukan TN juga.

Bagaimana kita mengekspresikan imagi positif mengimani Alloh, Rosul dan bagian" keimanan lainnya, kita sedang berTN.
Dan anak sangat peka, terasa saat kita 'membohongi' dg ekpresi sandiwara iman, misalnya.

Menikmati sholat, tadarus, berbagi dengan tawadhu, dan sebagainya.

Maka lakukanlah apa yang paling kita nikmati dulu, efeknya akan mengalir ke anak juga, selain manfaat untyk diri kita.✅

9⃣ *Erli - Medan*

Ada teman saya, single parent, anaknya sekarang sudah 3 tahun,  bercerai ketika beliau sedang mengandung anak nya. Suami nya sama sekali tidak pernah datang melihat anak nya dan juga tidak pernah membantu pembiayaan anaknya. Hanya sesekali nenek dan kakeknya datang melihat cucunya (karena cucu pertama) Sekarang si anak sudah bisa bertanya kemana abinya?
Jawaban apa yang sebaiknya diberikan sang ibu?
Terima kasih atas saran bapak ibu.๐Ÿ˜Š

*Jawaban*

9⃣ Bunda Erli Jawaban gampangnya: mengapa tidak menikah lagi saja agar hadir dan terasa keberadaan sosok ayah? Tapi tentu saja seperti saya katakan, idealita sering tak sesuai realita.
Maka kalau saya akan kembali pada prinsif menyiasati: pergunakan peluang yang paling terbuka sebagai solusi.

Dari penuturan bunda, kakeknya tetap ada perhatian pada anak ini. Jadi perkuat terus bonding cucu+kakek ini. Buat janji sesering dan serutin mungkin untuk bertemu dan  berinteraksi berkwalitas.
Sambil tetap ikhtiar agar ayah anak ini mau perduli dan cukup alasan buat kita untuk memperkenalkan sosoknya dalam standar nilai positif. Kalau menurut saya daripada dihadirkan dalam kondisi si ayah terpaksa dan kesan negatif tertangkap anak serta pada akhirnya  berpotensi menjadi luka persepsi masa kanak"nya, lebih baik maximalkan kehadiran dan kesan positif kakek dulu.
Perbanyak komunikasi vertikal agar Alloh Sang Maha Kuasa membuka dan membolak balikan hati ayahnya.

Jikapun terpaksa, biarkan pihak kakek dan nenek pihak ayah yang 'memaksa' nya perduli. Sebagai ibu, memperjuangkan agar anak tak mempunyai kesan negatif pada ayahnya saja menurut saya sudah ikhtiar luar biasa. Bagaimana menetralisir perasaan diri sebagai wanita yg tercampakan dan berusaha  memposisikan diri sebagai  ibu demi tumbuh kembang anak secara normal,  itu butuh keseimbangan tingkat tinggi. Jadi tak perlu menguras emosi, energi dan pikiran  lagi dengan hal-hal yang memang keputusannya ada pada orang lain. Dengan demikian kita punya ruang berpikir dan bertindak yang jauh lebih produktif. ✅

๐Ÿ”Ÿ *Okta - Malang*

Bagaimana penerapan TN dlm membersamai ananda khususnya dalam hal pemantapan fitrah ananda?

*Jawab*

๐Ÿ”Ÿ Bunda/Ayah Okta, kaitan TN dan membersamai anak : dengan membersihkan jiwa senantiasa, diharapkan peran membersamai kita berjalan secara rileks ,optimis dan disertai kejernihan berpikir strategic. Jadi lakukan itu tanpa beban target harus lakukan sarana TN yang padat, sementara esensi membersamai anak tertinggal alias kedodoran. Amal itu bagaimana niatnya, sambil membersamai niatkan untuk berTN, awali dengan amalan TN paling pribadi yang tak memungkinkan disambi dengan anak. Sisanya bersuka citalah membersihkan jiwa bersama-sama anak dalam aktivitas membersamai. ✅

1⃣1⃣ *Atiq - Tj.Balai SUMUT*

Apakah indikator TN yg sukses pd orgtua terhadap pengasuhan anak2nya?

*Jawab*

1⃣1⃣. Bunda Atiq, indikator TN diambil dari tujuan dan hasil.  Perasaan lebih tenang sekaligus optimis, bahkan lahirnya jiwa" yang merdeka dari rasa ketakutan kecuali takut pada murka Alloh semata.
Pikiran lebih jernih menganalisa dan akhirnya mudah menangkap makna baik yang tersirat maupun tersurat, semangat dalam bertawakal (ingat kembali rumusnya).
Wujudnya: sabar, ikhlas, ridho, mudah termotivasi membenahi fitrah diri dan orang disekitar kita. ✅

1⃣2⃣ *Sri Sundari - Bandung*

Assalamualaikum...teh mau bertanya.. terkait TN… saya merasakan kadang2 kondisi keimanan sy naik turun, contoh pada saat saya sulit memahami materi HE pun.. kadang muncul rasa "down".. karena proses saya memahami suatu ilmu yang harus bertahap.. membuat saya harus berlari dg waktu.. untuk mengejar ketertinggalan pemahaman saya selama ini.. dan ketika rasa tak mampu  mendidik ala HE muncul.. saya jadi gelisah tapi tak bisa berbuat banyak ( spt jalan ditempat), pertanyaannya : apakah penyebab hal ini ya mbak? Apakah karena sy berjuang sendiri utk HE ikut mempengaruhi..?.( karena suami  menyerahkan pendidikan anak di pundak saya.. dan saya tdk bisa berdiskusi dengannya).. Adakah tips yg bisa membooster semangat saya agar tdk menyerah pada keadaan dan kelemahan diri? Padahal induk sarana TN yg 12 point sebagiannya sudah saya jalani...apakah saya kurang memecut/ memaksa diri bunda..?.mohon penjelasannya...jazakillah khayr..

*Jawab*

1⃣2⃣ Just rileks, buat target tapi gak perlu ngoyo, kenali diri dan ukur kemampuan. Pada dasarnya sama saja semua proses itu: simak, serap, endapkan, praktekan sedikit demi sedikit, saat bingung berhenti dulu untuk cari solusi. Imajinasikan, karena konsep memang frame bertindak, jadi bukan petunjuk teknis. Masih bingung, cari teman diskusi. Jangan tergesa menemukan solusi apalagi belum melakukan.
Lakukan semampunya dulu, nikmati, evaluasi, serahkan pada Alloh hasilnya. Mohon selalu petunjuk dan pertolonganNya agar terbuka jalan sehingga orang" terdekat kita bisa sama frekuensi dan suhunya, sama" dalam bertawwakal. ✅

1⃣3⃣ *Bunda Emilia, Mataram*

Apakah tazkiyatun nafs/pensucian diri sama dengan usaha memurnikan tauhid?

*Jawab*

1⃣3⃣. Bunda Emilia, betul sekali. Jadi kalau ada teknis TN yang melukai aqidah, mencederai penghambaan atas dasar Tauhid, maka TN nya harus dikoreksi. Nanti bukan pertolongan Alloh yang turun, malah kesesatan. Hati-hati dengan terapi menetralisir innerchild misal. Buat saya pribadi, masa lalu yang berkesan negatif cukup diterapi dengan upaya terus menerus menguatkan keimanan. Terutama iman pada Alloh dan takdir disaat efek negatif itu datang lagi. Meski pada level luka jiwa yang lebih berat terasa, kita butuh teman berbagi tapi harus berhati-hati agar tidak terjebak pada kekeliruan syariat bahkan syirik.
Kekeliruan syariat misalnya: menyalahkan cara orangtua dalam mengasuh dan mendidik, memvonis salah suami, mertua, kakek nenek, tetangga dll, dst. Apalagi sampai dibicarakan terbuka. Menyesali takdir, menyalahkan diri sendiri.✅

1⃣4⃣ *Anita, Banjaran*

Bunda, tazkiyatunnafs itukan berarti bisa disimpulkan melakukan perintah Allah dan menjauhi larangannya.apa betul begitu bun?                    
Tapi kadang ada yang saya bingung saat melakukan sesuatu yang ada masalah khilafiyah tentang sesuatu itu sendiri.misal bun anak saya tertarik di music tapi saya masih galau  dengan hukum music itu sendiri.ada sebagian ulama yang membolehkan dan ada yang tidak boleh.Tapi anak saya ingin.Dan saya tidak mau juga memfasilitasi.jadi harus gmn ya bun?

*Jawab*

1⃣4⃣ Bunda Anita, untuk bab khilafyah saya mengambil prinsif: apa yang paling menentramkan hati (itminan). Tinggalkan was-was. Cukup ambil pendapat terkuat. Jika pendapat sama kuatnya, kembalikan lagi ke hati. Jika menurut ilmu hal tersebut paling ideal, bagaimana saat penerapannya? Apakah membuat kegundahan? Misal tentang musik, kalau ditilik dari fitrah estetika, segala keindahan itu memang asalnya mubah, tapi menurut panduan kitabulloh, syariat tetap mengaturnya. Pelajari secara komprehensif jangan parsial meski bab cabang. Artinya dikaitkan satu cabang dengan cabang lain.
Fitrah estetika (musik, gambar, tari), fitrah tumbuh kembang anak, pengetahuan tentang syariat dan penerapannya.
Pelajari dan buat strateginya. InshaAlloh kita memutuskan dengan matang, dan putusan dari  kematangan mengolah pengetahuan dan pikiran akan menghadirkan itminan.
Dan sandarkan semua proses itu atas dasar kepatuhan kita pada Alloh. ✅

1⃣5⃣ *Farah - Bandung*

Sy suka bingung sekaligus worry sama kegiatan2 TN. Memang sudah jelas inti dari TN itu apa saja. Tapi kan dalam pelaksanaannya ada saja perbedaan pendapat. Nah, bagaimana menyikapinya?

Kemudian, sebagian besar di lingkungan saya mengatakan TN kegiatannya seperti orang2 syufi yang lebih mendekati tasawuf atau filsafat. Mereka mengatakan, bahwa banyak praktek TN yang ujungnya hanya mempraktekan hasil dari ibadah spiritualnya seseorang, yang tidak bisa dipraktekan oleh orang lain. Nah, TN itu sesungguhnya bagaimana agar bisa diterima oleh orang-orang di sekitar.

*Jawab*

1⃣5⃣ Coba kita perhatikan materi pengantar di atas, terutama bab induk sarana TN.
Jika ingin praktek TN diterima oleh umum, tak perlu bikin teknis TN yang mengada-ada. Lakukan yang paling terasa efek ke diri dan sosial. Misal melakukan pelayanan dengan tawadhu.
Lakukan itu sejalan dengan posisi maupun profesi  kita;  sebagai ayah, ibu, istri, suami, anak, orangtua, pekerja, karyawan, owner, abdi negara, anggota masyarakat.
Terintegrasi, bukan memimasahkan semua sarana seolah jika sedang melakukan TN maka kita harus memutuskan urusan dunia.  ✅

*Tazkiyyatun Nafs itu riyadoh jiwa sepanjang hayat, kebugaran jiwa terasa saat riyadoh konsisten dan fokus.Dan Alloh telah menolong kita dengan berbagai ujian agar kita merasa butuh dan terus butuh membersihlan jiwa.Dan anak adalah bagian dari ujian tersebut. Maka cintailah anak karena dengan keberadaannya Alloh tengah memberi nikmat dan sekaligus menaikan derajat kita* .๐Ÿ’•

๐ŸŒน*Clossing statement* : ๐ŸŒน

_*Untuk materi Tazkiyyatun Nafs, baiknya diperkuat dengan materi Bahasa Kasih. InshaAlloh akan terbahas setelah selesai materi" pokok. TN itu habluminalloh, meski hasilnya sangat mempengaruhi habluminannas. Di teknik habluminannas inilah kita coba kenali tipe tangki bahasa kasih orang" terdekat, sehingga komunikasi horizontal kita bisa lebih efektif karena tangki kasihnya mudah kita isi. Pasangan hidup, anak, orangtua, mertua, ipar, ART, bahkan tetangga*_

Selamat penasaran dengan materi *Bahasa Kasih* ๐Ÿ’•

== *S E L E S A I* ==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar