Kamis, 03 Agustus 2017

# Fitrah based education # Kurikulum Belajar

Mapok HEbAT Pernikahan Ideal


*Materi Pokok 2⃣*
*Pernikahan Ideal Gerbang Awal Menuju HE*
👤 Ust. Adriano Rusfi

-------------------------------------------------------

_"Hai Anak Muda, menikahlah sebelum mapan. Agar anak Anda dibesarkan bersama kesulitan-kesulitan Anda. Agar Anda dan anak-anak Anda kenyang merasakan betapa ajaibnya kekuasaan Allah. Jangan sampai Anda meninggalkan anak Anda yang tak paham bahwa hidup adalah perjuangan."_ (Ust.Adriano Rusfi)

Waktu berjalan cepat, kehidupan menuntut manusia untuk lebih cepat tanggap terhadap keadaan. Salah satu keadaan yang paling urgen adalah kedewasaan mental.

Salah satu bukti bahwa seseorang sudah dewasa secara mental adalah ketika seseorang sudah mampu mencukupi dirinya sendiri, bertanggung jawab dan sadar dengan apa yang dilakukannya. Keberanian untuk mengambil resiko kiranya menjadi mutiara yang berharga di tengah arus global yang sarat memanjakan harapan.

Kedewasaan mental tak diukur dari menjamurnya umur, namun diukur dari seberapa besar kemampuan untuk mengatur sebuah persoalan menjadi tantangan. Ya, masalah harus dihadapi dan tantangan harus diselesaikan. Salah satu masalah dan tantangan yang Allah taqdirkan adalah saat pria dan wanita mulai mengikat janji suci dalam gerbang pernikahan. Semua bermula saat mereka menjadi pasangan suami dan istri.

Saat telah menjadi suami dan istri, kedewasaan mental amat diperlukan. Karena hanya pasangan suami dan istri yang dewasa lah, yang tidak akan takut terhadap kalkulasi-kalkulasi dunia yang menggelembung seakan tak bisa dijangkau. Justru di tengah keterbatasan itulah terdapat beribu kebahagiaan bagi orang yang tak pernah putus asa. Sebab pahala kesabaran adalah pahala yang tidak ada ukurannya.

Di Indonesia, kaum adam mestinya lebih bersyukur karena bila mental sudah matang dapat lebih mudah melangkah ke jenjang pernikahan. Di negeri ini, kaum hawa tak banyak menuntut mahar yang mewah, tidak seperti di negara-negara lain. Di negara-negara tertentu, mungkin Anda akan menjumpai betapa mahar yang perlu dihadiahkan sangat besar sehingga tak jarang dari mereka menikah setelah berumur 30an.

Kini, Anda dapat selangkah lebih maju menjalani kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang dalam istilah Rosul adalah setengah dari agama. Kehidupan sarat berbagai pahala besar yang diidentikkan sebagai bagian dari ibadah terindah bagi anak manusia.

🎯 Alasan pentingnya pernikahan menjadi gerbang Pendidikan Fitrah:

1. *Keluarga dibangun di Atas Mimpi-Mimpi Besar*
Bagi laki laki, menikah tidak cukup mengandalkan ketampanan. Lebih dari itu, seorang laki laki yang kedepannya menjadi seorang ayah harus mempunyai tanggung jawab yang matang. Tanggung jawab itulah kekayaan terbesar dalam sebuah rumah tangga. Sebuah rumah tangga akan berjalan sebagaimana mestinya bila kedua pasangan dapat memahami tanggung jawab dan peranannya masing-masing.

Selain itu, juga akan mengantarkan pasangan suami istri untuk lebih fokus ke arah cita-cita besar. Bukan berpikir bagaimana yang penting bisa makan, namun berpikir bagaimana bisa memberi makan orang lain (anak). Rumah tangga baru seperti inilah rumah tangga yang masih dipayungi semangat idealisme. Lambat laun pasti akan menemukan jalan kebijaksanaan dalam beridealisme.

Keluarga yang dibangun dengan mimpi-mimpi besar adalah keluarga yang berperan bagi terbangunnya batu bata peradaban melalui pendidikan keluarga yang visioner, bertujuan dan strategis

2. *Mendidik Anak Lebih Baik dari Orang Tuanya*
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya lebih baik dari dirinya. Melalui berbagai kegagalan ayahnya di masa muda, juga kebersamaan dalam menjalani rumah tangga dari nol justru akan menguatkan sebuah ikatan bahtera rumah tangga.

Nah, dari masalah-masalah yang timbul itulah sebuah keluarga akan menjadi kuat bila dihiasi dengan kesabaran yang terbaik. Dengan demikian, nasehat seorang ayah bukan hanya di bibir, namun dari hati seperti nasehat bijak seorang Lukman.

Pasangan yang menikah dengan niat baik, akan mendidik anaknya mencapai prestasi yang dituju. Belajar dari masa muda masing masing, pasangan suami istri akan mengajarkan kepada anaknya bahwa kesalahan itu sebuah resiko yang merupakan proses menuju tangga kebenaran.

Dengan kata lain, anak yang dilahirkan pasangan suami istri yang baik, tidak akan takut mencoba hal-hal baru. Justru hal-hal baru tersebut akan terus memacu anak untuk menemukan dan terus mencari sendiri kebenaran hakiki.

3. *Hidup adalah Kerja Keras*
Dengan segenap keterbatasan, pasangan suami istri akan memberikan pelajaran kepada anaknya bahwa hidup adalah perjuangan penuh kerja keras. Di dalam kehidupan, orang yang mempunyai bakat tidak akan berhasil tanpa adanya kerja keras. Karena kerja keraslah penentu keberhasilan seseorang. Tuhan hanya melihat kerja keras manusia, kesungguhan untuk meraih segala cita-cita.

Begitu pula di dalam rumah tangga, terlalu memanjakan anak dengan mudah memenuhi segala kebutuhan berakibat menghambat potensi anak. Selain itu, akan berbahaya juga bagi masa depannya karena hidup yang diketahui sebatas ingin dan segera terpenuhi. Terlebih, jangan sampai anak kita nanti tidak tahu bahwa hidup sebenarnya adalah penuh kerja keras.

4. *Life is Begin at Fourty*
Hidup yang sebenarnya adalah hidup ketika menginjak umur 40 tahun. Usia 40 tahun adalah usia matang dan menjadi usia yang harus sudah mapan. Mapan di sini dapat diartikan sebagai kemapaman psikologis dan kemapanan materi.

Kemapanan psikologi dapat berupa kesempurnaan akhlak dan moral menuju masa depan yang sebenarnya. Sedangkan mapan secara materi, seseorang yang telah berumur 40 tahun sudah tidak lagi memikirkan hal-hal bersifat materi duniawi.

Sebuah rumah tangga yang memapankan dirinya di usia 40 tahun akan memiliki nafas perjuangan yang lebih panjang hingga akhir hayat. Karena tubuh, jiwa dan ruhani yang masih sangat bugar.

Jangan biarkan waktu kalian dimasa lajang berlalu begitu saja tanpa adanya percobaan hal-hal yang baru. Habiskanlah rasa penasaran, kegagalan dan seluruh kematangan rencana anda di masa lajang. Jangan sampai ketika masa berumah tangga anda menghampiri, anda baru sadar akan keinginan-keinginan dan ambisi Anda. Umur 40 adalah umur terbebasnya dari segala keinginan.


5. *Menikah Usia Muda Solusi Kehidupan*
Menikah di usia muda juga akan membantu Anda menyelesaikan urusan-urusan dunia. Sebagaimana dalam Al Quran, bahwa menikah bukan hanya dicukupkan, namun Allah memberikan janji akan mengkayakan bagi setiap hambanya yang beriman.

Menikah muda merupakan solusi agar ketika Anda berumur usia lanjut, sudah tidak memikirkan biaya kehidupan seperti biaya listrik, sekolah anak dan biaya-biaya lainnya. Biarlah anak Anda nantinya yang akan menjaga Anda menikmati masa-masa penuh kebahagiaan.

Menikah di usia muda akan melahirkan keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan sejuta idealisme yang masih membuncah, dan diserap oleh anak-anak yang lahir dengan kualitas genetik kelas wahid dari rahim yang masih fresh.

6. *Dunia Butuh Anda*
Setelah melewati liku-liku perjalanan pernikahan di usia muda, akan tiba saatnya segala kebutuhan Anda terpenuhi. Kini, kesibukan Anda hanya ingin membantu dan membantu sesama manusia mewujudkan predikat manusia terbaik paling bermanfaat bagi sesama.

Kenanglah, bahwa peran Anda sangat dibutuhkan dunia. Sudah tiba saatnya Anda membangun apa yang dibutuhkan dunia, berkontribusi dan turut menyumbang secuil peradaban. Wariskanlah kepada anak cucu Anda nanti bahwa Anda dulu dikenal sebagai orangtua yang hebat!

Lalu, bagi anda yang masih menanti, tunggu apalagi untuk menuju singgasana raja sehari? Dengan memohon keikhlasan Allah, semoga jalan Anda dipermudah.

🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂

*Keterangan*
1. Judul asli "MENIKAH SEBELUM MAPAN"
2. Judul dan isi telah direvisi sesuai tujuan nilai nilai HE. Serta telah direview dan mendapat izin ustad Adriano Rusfi (SME Utama HEbAT Community).
[2/8 21.13] ‪+62 838-4839-9584‬: 1⃣ *Mengantar Anak menuju Gerbang Pernikahan*

*Ayu - depok*
*Yeni - Ciamis*
*Nia - Bogor*

Poin ke 5, *Menikah usia muda solusi kehidupan*

1. Anak sy usia 14 tahun kelas 9 dan saat ini di pesantren yg setiap pekannya diberi kesempatan pulang ke rumah..sy sependapat dengan materi yang dibahas, lalu bagaimana caranya mempersiapkan agar mrk  secara mental dan agama, lahir dan batin menuju pembentukan rumah tangga yg diinginkan.insya alloh secara perkataan dan ketauladanan dan kesempatan km sudah ikhtiar optimal tetapi itu sptnya belum masuk ke dalam pemikiran agar bisa dijadikan konsep hidup mrk.

2. Sebagai orang tua, bagaimana mengetahui anaknya sudah siap menikah di usia muda? Apa saja parameternya? dan usia berapa idealnya anak2 kita menikah?
[2/8 21.13] ‪+62 838-4839-9584‬: 1⃣ *Mengantar Anak menuju Gerbang Pernikahan*

*Ayu - depok*
*Yeni - Ciamis*
*Nia - Bogor*

Poin ke 5, *Menikah usia muda solusi kehidupan*

1. Anak sy usia 14 tahun kelas 9 dan saat ini di pesantren yg setiap pekannya diberi kesempatan pulang ke rumah..sy sependapat dengan materi yang dibahas, lalu bagaimana caranya mempersiapkan agar mrk  secara mental dan agama, lahir dan batin menuju pembentukan rumah tangga yg diinginkan.insya alloh secara perkataan dan ketauladanan dan kesempatan km sudah ikhtiar optimal tetapi itu sptnya belum masuk ke dalam pemikiran agar bisa dijadikan konsep hidup mrk.

2. Sebagai orang tua, bagaimana mengetahui anaknya sudah siap menikah di usia muda? Apa saja parameternya? dan usia berapa idealnya anak2 kita menikah?
[2/8 21.13] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust. Aad*

Dalam Islam orang yang telah dewasa itu disebut sebagai baligh dan mukallaf. Artinya, dia telah dewasa secara jasmani. Jika perempuan, dia telah haid, Jika laki-laki dia telah mimpi basah. Sedangkan mukallaf artinya adalah telah siap memikul beban kehidupan dan agama dunia dan akhirat

Ciri-ciri manusia yang mukallaf adalah dia telah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan syariah secara benar, dengan sadar tanpa dipaksa.

Dia juga telah mampu memikul beban beban kehidupan dunia. Jika dia laki-laki, dia telah mampu mencari nafkah bertanggungjawab, mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan dan memikul resiko dari keputusan yang diambil

Jika perempuan, cirinya adalah dia telah mampu melakukan tata kelola rumah tangga secara baik dan melakukan fungsi-fungsi pendidikan serta pengasuhan anak.

Nah untuk mempersiapkan agar anak-anak kita itu menjadi manusia mukallaf, maka berikanlah dia tanggung jawab, bentuklah keimanan dalam dirinya agar dia melakukan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan Allah semata-mata karena kesadaran semata-mata karena niat.

Lepaskanlah Ia dalam kehidupan, ijinkan ia memecahkan masalahnya sendiri. Dalam hal ini sikap tega para orangtua untuk membiarkan anaknya memikul kehidupan adalah sesuatu yang patut dilakukan.

Usia yang ideal untuk menikah pada dasarnya semakin dini semakin baik. Namun tentu saja harus memenuhi syarat akil baligh tersebut : pada kemandirian, persiapan mengelola rumah tangga, mencari nafkah, mengasuh dan mendidik anak dan sebagainya
[2/8 21.14] ‪+62 838-4839-9584‬: 2⃣ *Life Begin at Forty*

*Hamba Allah - Jakarta*
*Sindi - Lombok*
*Bunda Aisyah - Makassar*

1. Life begins at fourty
Bagaimana dgn kepala keluarga yg sudah pensiun tetapi harus menghidupi putra-putri yg masih bersekolah dan menuruti keinginan istri yg kadang di luar kendali (membeli sesuatu krn ingin, bukan karna butuh). Apakah kewajiban anak yg telah berpenghasilan (berkeluarga) untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan keluarganya? Sejauh manakah batas berbakti kepada orang tua?

2. Kalau di usia 40 belum mapan secara materi bgmaina?.  Karna selama ini kami lebih berfokus pada pendidikan anak2 di rumah.  Misal saat ini kita fokus "mengejar target"  diusia 40thn sudah mapan materi otomatis waktu dan tenaga akan lebih banyak tercurah dibidang pekerjaan atau bisnis demi tercapainya target,  sedangkan kita sedang mengfokuskan diri membersamai dan mendidik anak2 kita. Alhasil kemungkinannya usia 40thn baru kita meluangkan banyak waktu untuk berwirausaha karna diusia ini anak2 sudah besar atau bahkan sudah aqilbaligh dan dewasa.

3. Saya mau bertanya udztas, saya ibu dari 4 orang anak profesi dosen di ptn. Saat ini anak2 masih kecil2. (7, 6, 4 dan 2 tahun) Waktu saya banyak tersita untuk mengurus anak. Saya merasa kurang optimal berkontribusi di dunia profesional saya sbg dosen. Masih banyak pula mimpi2 saya yg belum kesampaian seperti sekolah s3. Saat usia menjelang 40 (saat ini 36), *saya jadi merasa berpacu dengan waktu antara mengejar mimpi dan profesionalisme atau keluarga. Salahkah perasaan saya ini?*
[2/8 21.14] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust Aad*

 Jika orang tua telah berusia pensiun, namun anak-anaknya masih belum baligh, maka tanggung jawab utamanya adalah mendidik anaknya, bukan menggapai kemapanan.

Namun jika anak-anaknya tersebut sebenarnya sudah baligh, sebenarnya sudah harus mencari nafkahnya sendiri. Maka orangtua harus senantiasa mendorong agar anak-anaknya tersebut berusaha untuk mencari nafkah.

Tentunya jika anak tersebut laki-laki ingatkan kepada anak laki-laki kita bahwa saat dia telah mencapai usia baligh, maka pada saat itu Allah telah menyediakan rekening rezekinya sendiri terpisah dari rekening rezeki orang tuanya. Oleh karena itu dia memiliki tanggung jawab untuk mencari rezekinya sendiri. Sedangkan jika anak kita anak perempuan, segeralah persiapkan dia untuk melaksanakan tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan anak. Kalau sudah siap bantulah iya untuk mencarikan jodoh baginya.

Usia 40 memang seharusnya bukan usia telah mapan, tapi usia untuk memulai mencari kemapanan. Karena memang benar, sampai usia 40 fokuskan lah diri, waktu, tenaga dan pikiran kita untuk mendidik anak-anak, bukan mengejar kemapanan material, finansial, karir dan sebagainya. Jadi usia 40 bukanlah usia telah mapan tapi usia memulai kemapanan

Profesi karir dan pengorbanan terbaik dalam kehidupan ini adalah menyiapkan batu bata peradaban dari dalam rumah, yaitu mendidik anak-anak kita. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia ketika kita berhasil untuk menyiapkan anak-anak sholeh. Saya pun sebagai seorang ayah dan sebagai seorang laki-laki begitu banyak mimpi-mimpi saya yang terkubur karena kesibukan dalam mendidik anak dan keluarga. Tapi sungguh saya sama sekali tidak kecewa dan tidak menyesal karenanya. Menyiapkan peradaban adalah sebuah investasi masa depan yang luar biasa, tak dapat digantikan dengan gelar S3, tak dapat digantikan dengan hadiah Nobel, tak dapat digantikan dengan penemuan-penemuan ilmiah manapun

Jangan lupa Bu, semua amal sholeh kita di dunia hanya cukup untuk membayar karunia Allah yang telah kita nikmati di dunia ini. Sedangkan untuk membeli surga kita membutuhkan doa dari anak sholeh yang kita didik. Marilah kita lebih rindu akan surga daripada S3
 ✅
[2/8 21.14] ‪+62 838-4839-9584‬: 👘 *Host:*

Kami lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya🙏

3⃣ *Membangun Visi Misi Keluarga*

*Titi Arifiani - Kalsel*
*Hamba Allah - Jakarta*
*Rati - Palu*
*Hamba Allah*

1. "Jangan sampai anak kita nanti tidak tahu bahwa hidup sebenarnya adalah penuh kerja keras."

Ini yg sy takutkan ustad..
Saat ini sy masih tinggal d rmh mertua , meskipun tdk berlebih tp semuanya serba cukup. Anak sy satu²nya cucu di sini, dan dalam kacamata sy "dimanjakan" oleh mertua. Saya khawatir ustad, sy melihat pola didik mertua yg bahkan sampai saat ini masih memanjakan suami.

Pernikahan ideal adalah ketika bisa menyamakan visi misi antara suami-istri. Bagaimana jika dalam perjalanannya, orangtua selalu mencampuri bahkan dlm hal sepele. Apa dampaknya Bagaimana menyikapinya?

2. Bagaimana jika dalam rumah tangga suami dan istri tdk sevisi dan semisi? Bagaimana membuat dan menyamakan visi anggota keluarga?? Di awal Pernikahan kami tidak punya visi yg jelas dan spesifik mau dibawa kemana arahnya.. Peran ayah kurang kuat dalam membawa arah keluarga..
[2/8 21.14] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Salah satu kesalahan besar kita dalam berumah tangga adalah tetap tinggal di rumah orang tua atau mertua saat kita menikah.

Padahal seseorang yang menikah adalah orang yang harus siap mandiri termasuk mengontrak rumah sendiri, walaupun rumah yang sangat sederhana dan tanpa perabotan apapun.

Seringkali kita tidak berani memutuskan untuk pindah rumah begitu menikah, karena kemanjaan kita sendiri. Kita tidak siap dengan hidup pas-pasan, tidak siap dengan rumah sederhana, tidak siap hanya dengan satu kompor, tidak siap memompa kamar mandi setiap hari. Sehingga kita memutuskan untuk tinggal bersama orang tua atau mertua kita.

Marilah kita sadari ada setidak-tidaknya dua kerugian besar pada saat kita tetap ngotot tinggal bersama orang tua atau mertua kita :

Pertama, anak-anak kita akan dimanja oleh mereka dan itu sangat tidak baik bagi perkembangan kepribadian masa depannya

Yang kedua, terjadi intervensi yang berlebihan dari orang tua dan mertua kita tentang pola asuh dan pendidikan anak-anak kita. Pada akhirnya kita tidak pernah memiliki kemandirian dalam merumuskan visi, misi, orientasi dan strategi pendidikan anak-anak kita.

Kita tidak pernah memiliki kemandirian untuk menetapkan : Mau dibawa ke mana keluarga kita di masa depan ?

Yang berkewajiban untuk merumuskan visi, misi, dan strategi rumah tangga adalah seorang suami. Karena dia adalah kepala keluarga, karena dia adalah penanggung jawab pendidikan keluarganya, di dunia dan di akhirat

Dalam hal ini tugas seorang istri adalah memberikan masukan-masukan kepada suaminya tentang visi, misi, orientasi dan strategi yang harus dirumuskan dalam pendidikan anak dan keluarga. ✅
[2/8 21.14] ‪+62 838-4839-9584‬: 4⃣ *Optimis menggapai Gerbang Pernikahan*

*Widad - Bandung*
*Oktina - Jakarta*

Kalau sy membaca materi dr bang Aad, ini sptnya panggilan jihad bagi yg belum menikah utk segera menikah dan kemudian memasuki gerbang HE. 😅

Bgmn spt kami yg telat menikah di usia 30, dan belum memiliki anak? Bgmn bila di usia 40 kami kelak masih harus berkutat pada amanah2 pengasuhan tapi ingin jg mengabdi di masyarakat? Sepertinya mapan di usia 40thn adlh ukuran ideal ya. Jd bgmn mengejar ketertinggalan dlm kondisi yg belum ideal?

Kalau kita menikah pd usia matang & blm mapan pd usia 40 bgmn menyiasatinya?

Terima kasih Ustadz
[2/8 21.14] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Sesungguhnya Allah tidak membebani seorang hamba melebihi kesanggupannya. Pada saat kita tidak bisa menjalani kehidupan secara ideal  maka kita hanya diminta untuk mendekati situasi yang ideal tersebut.

Bagi yang telat menikah sehingga pada usia 40 tahun belum lepas dari kewajiban-kewajiban rumah tangga, maka sesungguhnya melaksanakan kewajiban rumah tangga, mendidik anak, membina generasi peradaban, itu jauh lebih utama daripada mengejar karir, melakukan aktivitas-aktivitas dan bakti bakti sosial sehebat apapun

Sungguh, andai waktu saya habis tersita untuk anak-anak dan keluarga sehingga saya tidak bisa terlibat dalam kegiatan sosial, memandu HEbAT dan sebagainya, saya sama sekali tidak menyesal. Karena mempersiapkan generasi peradaban adalah sebuah investasi masa depan di dunia dan di akhirat yang nilainya di sisi Allah tak dapat digantikan oleh sejuta kemaslahatan sosial sekalipun.

Dan sekali lagi, usia 40 bukanlah usia telah mapan  tapi baru memulai kemapanan. Tidak perlu terlalu terburu-buru memapankan diri. Orang yang mapan terlalu cepat akan mengalami kesulitan untuk mengajari anaknya tentang perjuangan hidup. ✅
[2/8 21.15] ‪+62 838-4839-9584‬: 5⃣ *Definisi Menikah sebelum Mapan*

*Candra - Cilacap*

Mau nanya buat kulwap nanti ke Pak Aad.

Saya bertanya dari sudut sebelum menikah. Pak Aad pernah menyebutkan menikah sebelum mapan itu direkomendasikan oleh Bapak. Nah, tapi pas saya diskusi dengan kakak senior saya (sekampus), kalo misal menikah yang memang finansialnya ga cukup, nanti mau tinggal di rumah mana tepat setelah menikah? Ngontrak? Lho, bukannya td dibilang tidak ada uang yang cukup? Kalo sama orang tua berarti ngrepotin orang tua lagi, dong, bukankah lebih baik di-mandiri-in aja dulu hingga memang py modal untuk rumah/ kontrak dan kebutuhan primer.
Jadi ga sekosong itu, diadakan modal menikah juga. Dipersiapkan juga menikahnya.

Nah Pak, saya ingin minta konteks dr Bapak ttg menikah sebelum mapan. Itu memang yg mirip seperti kakak senior saya bilang atau sesederhana gapapa kalo tinggal di tempat orang tua atau hutang untuk mengontrak.
[2/8 21.15] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Mari kita bedakan antara belum mapan dengan melarat. Saya tidak pernah mengatakan Menikahlah ketika melarat. Yang saya usulkan adalah menikah sebelum mapan.

Jadi, untuk menikah itu tetap saja ada syarat syarat minimal yang harus dipenuhi, seperti telah memiliki nafkah, kemandirian dan sebagainya. Kalau menunggu menikah ketika mapan, berarti mau menikah di umur 40-an.

Kata kuncinya 1 : Jika anda telah mampu membiayai hidup anda sendiri, berarti anda siap menikah. Karena rezeki istri anda akan Allah titipkan ke rekening anda ketika ijab qobul telah terjadi.

Kalau belum memiliki syarat syariat minimal, berarti jangan menikah dulu ✅
[2/8 21.15] ‪+62 838-4839-9584‬: 6⃣ *Indikator Sukses Pernikahan*

*Lila- Jember Raya*
*Desty- Bekasi*

1. Adakah indikator kesuksesan pernikahan seorang muslim yang bisa menjadi acuan suami istri untuk membangun rumah tangga ?

2. Pertanyaan saya, bagaimana suatu rumah tangga sudah bisa dikatakan menjadi keluarga yg sakinah, mawadah warahmah?

Terimaksh
[2/8 21.15] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Indikator pernikahan yang sukses, sakinah, mawaddah, warahmah adalah pernikahan yang didalamnya agama bisa ditegakkan, pendidikan anak dan keluarga bisa dijalankan, keharmonisan secara umum tetap terjaga.

Dan yang paling penting : rumah tangga itu sendiri tetap mampu dipertahankan.

Betapa banyaknya kita lihat rumah tangga yang seakan sakinah, mawaddah, warahmah, tapi ternyata berpisah di tengah jalan. Sebaliknya betapa banyaknya rumah yang dijalankan dengan penuh masalah, tapi mereka tetap mampu mempertahankannya. Yang terakhir inilah justru yang merupakan rumah yang sakinah, mawaddah, warahmah ✅
[2/8 21.15] ‪+62 838-4839-9584‬: 7⃣ *Pertimbangan Menikah*

*Riska Novi - Bima*

Manakah yang paling baik untuk menikah terlebih dahulu.. saya punya 3 saudara laki-laki..

1. Umur sudah matang, penghasilan sudah mapan tapi belum mau menikah..

2. Umur sudah ideal, finansial belum ada, ada keinginan menikah..

3. Umur masih muda, penghasilan belum seberapa, kemandirian dan keinginan menikah sudah ada..
Kalau dari orang tua tidak ada pemaksaan mau menikah kapan..
Terimakasih 🙏🏻
[2/8 21.15] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Yang paling ideal adalah yang nomer 3. Soal penghasilan, Allah berjanji akan mengkayakannya

Selanjutnya  adalah yang nomer 1. Tinggal dibangun, dikuatkan motivasi dan tekadnya.

Nah, yang terakhir adalah yang nomer 2. Dorong dia untuk mencari nafkah. Jika ia telah mampu menafkahi diri sendiri, maka ia bisa menikah. ✅
[2/8 21.15] ‪+62 838-4839-9584‬: 8⃣ *Mencapai Mawadah WaRahmah bersama sama*

*Yoshe - Pekanbaru*

Assalamualaikum ustadz.. Saya ikutan bertanya ya 😇
Gimana sih mewujudkan pernikahan yg ideal itu.
Jika 2 orang, laki-laki dan wanita, sama2 baik lah boleh dibilang.
Tapi ilmu agamanya benar-benar minim.
Lalu dalam hidup berumah tangga mulai merasakan kegersangan tanpa kedekatan pada ilahi. Sang istri berusaha untuk hijrah mendalami agama, mendekatkan diri lebih lagi pada pemilik kehidupan, dan pasti butuh bimbingan suami. Sementara suami seperti belum siap untuk itu. Jadi hanya sekedar menjalankan yang wajib2 saja.
Padahal istri begitu ingin membawa suasana soleh dalam keluarga, terutama demi membangun adab karakter anak2 nya..
[2/8 21.16] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Dua orang yang Allah telah nikahkan, pada dasarnya mereka adalah jodoh yang ideal dimata Allah. Keduanya setara dalam timbangan Allah

Dalam perjalanan rumah tangga, bisa jadi kesetaraan itu tidak terjaga. Tapi siapapun diantara pasangan tersebut yang ingin semakin mendekatkan diri kepada Allah, maka mulailah. Insyaallah pasangannya kelak akan mengikuti. Tentunya tetap disertai dengan dakwah dan doa.

Namun jika suatu saat ternyata perbedaan itu sudah semakin melebar dan tak dapat ditolerir lagi, mana saat itulah Allah akan memisahkan keduanya. Na'udzubillahi min dzalik.

Perceraian bukanlah karena salah jodoh, tetapi ketika kesetaraan kualitas agama diantara pasangan suami istri telah semakin melebar. ✅
[2/8 21.16] ‪+62 838-4839-9584‬: 9⃣ *Hakikat Rumah tangga, mengelola konflik & Mitos*

*Dinda - Bekasi*

1. Hakikat Rumah Tangga yang hakiki seperti apa sebenarnya? Misalnya suami tamat SMA sedangkan Istri sarjana dan ada keinginan melanjutkan jenjang Magister. Apakah akan timpang? Jika tidak, bagaimana sewajarnya dalam pergaulan suami Istri agar tetap langgeng. Karena ketika konflik pasti berakhir kata2 yg menyakitkan akibat perbedaan Pendidikan.

2. Ketika Rumah Tangga memasuki usia 2th dan masih numpang di Rumah orangtua yg harus dipatuhi Istri apakah ayah atau suami? Karena posisi suami kerja diluar kota, jarang pulang. Sementara  orangtua sangat otoriter dalam mendidik anaknya. Semua anjuran harus dilaksanakan.

3. Mitos tinggal di rumah orangtua akan berakhir perceraian atau anak tidak terkontrol benar atau tidak ? Apakah benar ada mitos usia pernikahan 1,3,5 tahun dst banyak godaan dan ujian nya?

Terima kasih  wassalamu'alaikum wr.wb
[2/8 21.26] ‪+62 838-4839-9584‬: 1⃣0⃣ *Menyikapi perbedaan pola asuh dan kerjasama dalam pengasuhan*

Ibu Kiki-Bekasi
Ibu Mel - Padang

Anak saya sudah terlanjur mengenal tv hampir tanpa batas. Padahal saya sudah memilihkan acara apa saja yg boleh dan tidak boleh dia tonton. Tapi rupanya hal ini tidak dipahami oleh suami.

 Bagaimana sebaiknya ya udtadz? karena waktu pulang kantor adalah kesempatan buat anak saya berinteraksi dgn ayahnya..

2. Assalamualaikum wr.wb. Bagaimana memaksimalkan peran ayah yg karena tuntutan pekerjaan belum bisa sepenuhnya ambil bagian dalam proses pendidikan anak2 di rumah terutama utk mengupgrade ilmu. Kadang ibu merasa timpang dalam merealisasikan pengetahuan2 baru yg didapatkan? Sejatinya kan harus kerjasama ayah dan ibu.
[2/8 21.26] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Itulah masalahnya ketika seorang ayah tidak memahami ilmu pendidikan anak. Padahal di sisi lain dia adalah kepala keluarga dan yang paling berkuasa. Akibatnya dia justru melakukan hal-hal yang keliru dalam pendidikan anaknya.

Jadi, doronglah sang ayah untuk mendalami pendidikan anak. Karena sebenarnya dialah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Sedangkan seorang istri adalah mengikuti panduan suami dalam pendidikan anak.

Jika di tempat ibu ada majelis Luqmanul Hakim, doronglah ayah untuk mengikutinya. Di Bekasi Majelis Luqmanul Hakim dilaksanakan di Sekolah Alam Jingga, Wisma Asri,  Bekasi Utara. Untuk jadwal yang terdekat insya Allah akan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus jam 08.00 malam.

Tuntutan pekerjaan seharusnya tak menghalangi tanggung jawab seorang ayah dalam mendidik anaknya. Karena fungsi Ayah bukan pelaksana harian,  tapi penanggung jawab, memberikan panduan dan arahan kepada istri dalam mendidik anak.

Apalagi toh saat ini begitu banyaknya media komunikasi yang kita miliki agar kita tetap bisa berinteraksi dengan anak, walaupun kita berada pada lokasi yang saling berjauhan. Saat ini saya pun di beberapa perusahaan sedang mengembangkan gagasan *"Industri Ramah Keluarga"* agar pekerjaan tidak menghalangi seorang ayah dalam mendidik anak-anaknya. ✅
[2/8 21.27] ‪+62 838-4839-9584‬: 1⃣1⃣ *Bagaimana menjadi dewasa setelah tua dan menjadi ortu terbaik*

*Hamba Allah, Jakarta*
*Ririn - Tasikmalaya*
*Nurul - Bandung*

1. Ada sebuah kasus dimana suami istri menikah sebelum mapan, memulai semua dari nol. Tetapi setelah menikah puluhan tahun, kedewasaan mental itu blm jg nampak (pada diri si istri). Proses apa yg harus diperbaiki dan bagaimana sikap sebagai orang terdekat bagi mereka krn seringkali ketidakdewasaan tersebut menimbulkan dampak tidak baik bagi orang di sekitarnya.

2. saya usia 37th dan suami 38th, usia pernikahan kami 10th dgn 2 orang putra dan 2 orang putri. Awal prinsip pernikahan kami "jalanin aja".. termasuk dalam mendidik anak2.. saya sudah 4 tahun resign yg sebelumnya bekerja dari sebelum menikah. Setelah mengasuh anak2 sendiri baru terasa ketika melihat sikap mereka yg ga sesuai dengan harapan saya dan suami. Entah berontak, klo nangis histeris dll. Yg penyebabnya hal-hal sepele. Dari sana saya sadar, klo ada yg salah dari cara saya dan suami saya dalam mendidik anak2. Jujur, secara mental kami belum matang.
Blm bisa menyelesaikan masalah, ketika ada masalah lgs panik dan marah2. Ini juga berakibat kepada pernikahan kami yg sempat hampir "karam".
Pertanyaan : Bagaimana kami harus mengawali HE untuk mengembalikan fitrah kami maupun anak2 dengan kondisi kematangan mental kami yg blm baik?

3. Sewaktu sekolah, saya sering membaca biografi orang-orang sukses dan juga memperhatikan teman-teman saya yang kedewasaannya di atas rata-rata.  Kesimpulan yang saya dapat adalah bahwa mereka bisa demikian sukses/dewasa karena dua hal yaitu karena masa kecil yang sulit atau karena didikan keluarga  yang bagus. Saya yang merasa tidak memiliki salah satunya jadi berpikir bisakah saya mengikuti jejak mereka?
Apa yang harus saya lakukan untuk bisa menjadi seperti mereka?
Selama ini saya merasa sebagai orang yang biasa saja padahal saya ingin menjadi orang terbaik untuk suami dan anak-anak saya kelak.

Mohon pencerahannya.
[2/8 21.39] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Banyak hal yang dapat menyebabkan kenapa sebuah perjalanan rumah tangga yang berat, ternyata tak menghasilkan kedewasaan apapun pada pasangan suami istri.

Pertama mungkin perjuangan rumah tangga itu hanya dipikul oleh salah satunya saja, sementara yang lain tak ikut memikulnya.

Atau kemungkinan yang kedua : memang Allah telah menjodohkan antara seorang laki-laki yang tangguh dengan seorang perempuan yang manja. Lelaki tersebut di jodohkan dengan perempuan yang semacam itu, karena Allah Maha Tahu bahwa ia harus menjadi seorang pelindung bagi perempuan semacam itu.

Sama halnya dengan seorang dokter yang ternyata Allah jodohkan dengan seorang pasien, karena Allah amanahkan kepada sang dokter untuk mengobati istrinya sepanjang perjalanan rumahtangganya.

Tidak ada yang terlambat dalam memperbaiki pendidikan yang keliru di masa lalu. Yang harus kita lakukan : pertama, kembalilah kepada jalan pendidikan yang lebih tepat. Yang kedua, berdoalah kepada Allah agar dia mengkoreksi segala kelemahan, kekurangan dan kesalahan yang kita lakukan selama ini dalam pendidikan anak-anak kita. Dan yang ketiga, Minta maaflah kepada anak-anak kita jika seandainya selama ini kita telah melakukan pendidikan dan pengasuhan yang salah kepada mereka.

Minta maaf itu jika toh tidak dapat kita lakukan saat anak-anak kita bangun, maka lakukanlah saat mereka telah tertidur. Usaplah keningnya dan bisikkan pelan-pelan ke dalam telinganya : "maafkan ayah bunda ya"

Manusia itu memiliki akal, pikiran, fitrah dan nurani. Jadi, walaupun dia tidak memiliki masa lalu yang penuh dengan tempaan dan tidak memiliki orang tua yang mendidiknya dengan benar, toh ia tetap bisa menjadi orang yang baik dan menjadi pendidik yang hebat dengan menggunakan akal pikirannya, dengan membaca tanda-tanda kekuasaan Allah, dengan membaca buku-buku parenting, dengan mengikuti seminar seminar parenting dan seterusnya ✅
[2/8 21.39] ‪+62 838-4839-9584‬: 👘 *Host*

Alhamdulillah terjawab sudah semua 11 pertanyaan kompilasi...

Tapi punten ustadz saya boleh menanggapi satuuuu aja...  Dari jawaban ustad atas pertanyaan no.  3⃣

Jika boleh saya ingin sedikit menanggapi dengan pertanyaan lagi... Boleh yaa ustadz.. ?

*Saya tidak bisa pindah dari rumh orangtua bukannya tidak maw tapi tidak diizinkn oleh orangtua dan apabila qt ngotot takut menyakiti hati beliau bagamana langkah2nya agar orangtua mengizinkn?*

🙏🙏 syukron ustadz...
[2/8 21.45] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Sangat banyak orang tua yang tidak mengijinkan Kita pindah dari rumahnya. Dulu, saya juga tak dijinkan oleh mertua saya pindah dari rumah, karena istri saya adalah anak bungsu.

Tapi dalam hal ini kita harus memiliki satu sikap yang tegas. Ini demi kepentingan pendidikan anak-anak kita, demi kelanggengan rumah tangga kita, demi tegaknya kepemimpinan seorang suami di rumah tangga tersebut, demi terlaksananya mimpi-mimpi dalam sebuah rumah tangga.

Jika mau, justru kitalah yang akan mengajak orang tua dan mertua kita tinggal bersama kita, sehingga dengan demikian kepemimpinan rumah tangga itu bulat ada ditangan kita

Mungkin orang tua atau mertua kita akan kecewa ketika kita memutuskan keluar dari rumahnya. Namun dengan penjelasan yang baik insya Allah itu dapat kita laksanakan. Marahnya orang tua pada dasarnya tidak pernah lama.

Saya dulu bahkan menikah tak disetujui oleh seluruh keluarga saya. Mereka semua marah. Tapi toh pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja. Mereka justru sekarang sangat sayang kepada anak-anak saya.

Ridho orang tua itu penting, namun ridho Allah jauh lebih penting ✅
[2/8 22.30] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Rumah tangga adalah sebuah organisasi raksasa dan digdaya. Begitu banyak mimpi-mimpi kemanusiaan dan mimpi-mimpi keagamaan yang wujudnya dimulai dari rumah tangga

Oleh karena itu, pertama segeralah berumah tangga, lalu pertahankanlah rumah tangga itu dengan sebaik-baiknya,  didiklah anak-anak kita untuk menjadi bagian dari generasi peradaban, dengan pengorbanan sebesar apapun, karena mendidik generasi peradaban adalah investasi masa depan yang luar biasa.

Saya dulu menikah di usia yang masih sangat muda. Namun, seandainya saya diizinkan untuk lahir kembali  salah satu keinginan saya adalah menikah pada usia yang lebih muda lagi. Karena manfaatnya menikah muda dan belum mapan  saat ini sangat saya rasakan.✅
[2/8 22.31] ‪+62 838-4839-9584‬: 👳 *Ust.Aad*

Dalam surat an-nisa ayat yang ke 34, Allah menyatakan suami menjadi pemimpin bagi istri karena kelebihannya dan karena nafkah. Untuk itu, jika istri ingin meningkatkan taraf pendidikannya, dorong-dorong lah suami untuk juga meningkatkan taraf pendidikannya.

Karena percayalah, kesenjangan pendidikan yang semakin lebar cenderung akan menjadi ancaman yang serius dalam kelanggengan rumah tangga. Padahal, sungguh saat ini saya sama sekali nggak melihat perbedaan kualitas antara lulusan S1, S2 dan S3.

Seseorang yang telah menikah pada dasarnya pemimpinnya adalah suaminya. Yang Harus dipatuhi adalah suaminya, walaupun dia tinggal menumpang bersama orang tua atau mertua

Namun pasti akan terjadi banyak dilema, apalagi jika orang tuanya otoriter. Oleh karena itulah saya sangat menyarankan dalam situasi apapun berusahalah untuk mengontrak rumah dan berpisah dengan orang tua, walaupun harus tidur di selembar tikar.

Tinggal bersama orang tua padahal kita sudah menikah, tentunya akan memiliki begitu banyak tantangan. Karena pada saat itu ada dua kepemimpinan dalam diri kita, kepemimpinan suami sebagai pemilik otoritas dan kepemimpinan orang tua sebagai penguasa rumah tangga ✅

Kemudian penelitian juga membuktikan bahwa 84% perceraian memang terjadi sebelum usia 5 tahun pernikahan. ✅

Tidak ada komentar:

Posting Komentar