✨Cemilan Rabu ke-3✨
23 Agustus 2017
🌺 6 Tahun Pertama yang Berarti🌺
💐Bunda yang berbahagia, sebuah pernyataan oleh Collin Rose seorang praktisi bidang Accelerated Learning sungguh mengejutkan. Dia mengatakan bahwa anak mulai usia nol sampai enam tahun mempelajari dan menguasai lebih banyak daripada orang dewasa yang bersekolah hingga mencapai gelar doktor.
💐Berdasarkan hasil penelitian Neuro Science atau ilmu yang meneliti tentang cara kerja otak manusia, ditemukan bahwa otak manusia mirip sebuah prosesor komputer, pada saat bayi baru lahir masih kosong dan belum terisi program kerja. Saat itu, sebagian besar kerja otak masih diatur oleh otak kecil yang masih primitif, yang hanya terbatas untuk mengatur fungsi- fungsi dasar kehidupan, seperti fungsi pernapasan, detak jantung, suhu tubuh, dan sejenisnya.
💐Namun demikian, secara alami Tuhan telah meng- Install atau meletakkan program (software) yang dikenal dengan the instinct of learning. Software itu merupakan naluri belajar alami yang biasanya ditunjukkan melalui rasa ingin tahu yang luar biasa terhadap berbagai hal.
💐Pada balita, the instinct of learning masih bekerja secara penuh atau in full capacity. Melalui rasa ingin tahu yang luar biasa inilah otak anak akan terus diisi oleh hal - hal baru, yang diibaratkan sebagai program- program kehidupan. Dia selalu ingin tahu apa yang dipegang orang tuanya, apa yang dibaca, bagaimana membuka ini dan itu, sepanjang hari sejak terbangun dari tidurnya.
💐Sesungguhnya fase balita ini adalah fase paling kritis ketika otak harus diisi dengan program- program pembelajaran. Tuhan juga melengkapi di dalam otak anak kita sebuah energi yang besar, yakni energi untuk memaksa dan pantang menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkannya agar otak dapat terus terisi.
💐Energi inilah yang sering kali diterjemahkan oleh orang tua sebagai sikap keras kepala dan susah diatur. Sesungguhnya dia hanya menjalankan program yang sudah diletakkan Tuhan dalam dirinya untuk kebaikan perkembangan otaknya. Ini juga yg disebut oleh Collin Rose sebagai proses belajar yang sesungguhnya, yakni memenuhi rasa ingin tahu yang terus menerus sehingga pada akhirnya anak akan menguasai satu persatu apa yang dipelajarinya itu.
💐Namun sayangnya, menurut hasil penelitian The Instinct of Learning pada anak akan mengalami penurunan. 🌹Penurunan ini disebabkan oleh tiga hal besar :
🌷disebabkan oleh orangtua dan guru yang terlalu banyak melarang anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Misal di sekolah dinyatakan dengan “jangan berisik “ dan “ duduk di tempat yang rapi “
🌷disebabkan oleh orangtua dan guru yang sering merendahkan harga diri anak, baik mentertawakan maupun melecehkan anak yang sedang berusaha mempelajari sesuatu. Misalnya “begitu saja kamu ga bisa “ atau “tampang seperti kamu sampai kapan juga tidak mungkin bisa “
🌷disebabkan oleh sistem sekolah yang hanya membatasi anak untuk mempelajari hal - hal yang diwajibkan oleh kurikulum dan bukan mempelajari hal- hal yang menarik minatnya.
💐Dari ketiga hal diatas, yang paling dahsyat menurunkan The Instinct of Learning atau kemampuan belajar alami anak adalah poin ketiga. Sekolah umumnya hanya berorientasi pada soal ujian dan kemampuan menjawab soal, bukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak.
💐Ya, penurunan kemampuan belajar alami anak dimulai sejak usia 7 tahun, yakni sejak anak-anak mulai mengikuti pendidikan formal yang diselenggarakan institusi resmi pendidikan. Coba kita perhatikan, sejak anak sekolah dia hanya mau belajar jika ditugaskan gurunya. Dia hanya mempelajari hal- hal yang ada di buku wajibnya, tidak pernah lagi mempelajari hal- hal yang menarik minatnya dan sejak itu rasa ingin tahunya akan segala hal perlahan memudar.
💐Bunda yang berbahagia, coba ingat- ingat lagi pengalaman kita dulu bersekolah. Apakah kita lebih banyak membaca buku wajib atau lebih banyak membaca buku yang menarik keinginan kita? Jika dahulu bunda lebih banyak membaca dan mengerjakan sesuatu yang menarik minat bunda, beruntunglah bahwa The Instinct of Learning bunda masih terpelihara. Pada umumnya, orang- orang inilah yang cenderung lebih sukses dalam kehidupan nyata.
Salam ibu profesional
/Tim Fasilitator Bunda Sayang 2 /
📚 “Ayah Edy Punya Cerita/Penulis, Ayah Edy ; Penyunting, Laura Ariestiyanty_Jakarta:Noura Books, 2013
[KOMUNIKASI SUAMI ISTRI]
Umum sekali terjadi, tak lama setelah perkawinan, suami istri baru ini sudah mulai menemukan bahwa komunikasi antar mereka berdua jadi tidak selancar, sehangat apalagi seindah ketika dulu pacaran atau sebelum menikah.
Sekarang, ada saja yang gak nyambung, emosi naik, kadang diam, tak biasa dimengerti dan seolah tak ada keinginan untuk mengerti. Dulu kalau begini, salah satu pasti tidak akan pernah berhenti membujuk, sampai salah satunya mengalah dan komunikasi tersambung kembali.
Kenapa sudah kawin malah jadi sebaliknya?
Harapan dan mimpi indah yang dulu dibagi bersama dan menimbulkan semangat, kini seolah menguap begitu saja . Kenyataan yang ada sangat mencengangkan karena banyak hal yang dulu tidak diketahui kini menjadi jelas merupakan kebiasaan yang kurang pas dan kurang menyenangkan bagi pasangannya. Mulai dari kalau ngomong kurang diperhatiin, mau menang sendiri, kebiasaan yang tidak sama : naruh handuk basah diatas tempat tidur, suami merasa kurang dilayani, istri merasa kurang didengarkan perasaannya dan sejuta perbedaan lainnya yang terus menerus terjadi dari hari ke hari….
MENGAPA SEMUA INI TERJADI?
(1.) Hidup lebih realistis, kebiasaan dan sikap asli masing-masing nampak dan tak perlu dipoles dan disembunyikan lagi. Cara ekspresi emosi juga otomatis nampak : marah, menghakimi, selfish, narcist, mencap, dll.
(2.) Dari pengalaman saya menghadapi berbagai kasus keluarga dan perceraian, ketika pasangan ini belum menikah, mereka tidak mengetahui atau diberi tahu bahwa, masing-masing harus mempelajari latar belakang pengasuhan pasangannya dan mengapa perlu tahu.. Yang paling buruk adalah kenyataan bahwa masing-masing pasangan tersebut bahkan tidak cukup kenal dengan dirinya sendiri!
(3.) Tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah menciptakan laki-laki dan perempuan itu berbeda : otaknya, hormon2nya, alat kelamin, ratio otot daging, kapasitas paru paru dan lain sebagainya.
(4.) Tidak memiliki ketrampilan bicara yang benar, baik dan menyenangkan serta
(5.) Kurang memiliki keterampilan mendengar, sehingga
(6.) Tak mampu berkomunikasi yang baik, bersih dan jelas.
APA AKIBATNYA?
Masing masing seperti terperangkap dalam diri sendiri. Bagaimana jalan keluarnya? Mana bisa kita ceritakan sama ortu? Sudahlah beliau capek mendidik kita, menyekolahkan, mengawinkan. Masa masalah kita, kita bawa juga ke mereka. Kawin di jodohkan saja tidak mudah kita adukan apalagi ini pilihan kita sendiri. Tangan mencincang bahu memikullah. Kalau diceritakan ke orang lain, aib hukumnya. Menceritakan kekurangan atau kejelekan pasangan, bisa-bisa gak dapat mencium wanginya syurga!
Jadi terasa seperti api dalam sekam, panas terus tapi jangankan ada pintu atau jalan keluar, asap saja tak bisa dihembuskan. Ini yang membuat kadang-kadang semangat redup karena hati luka – merasa terkunci di hati sendiri, sulit ditemukan apalagi diberi pertolongan!
Harapan timbul tenggelam, “Ah.. siapa tahu nanti membaik. Siapa tahu kalau anak sudah lahir, siapa tahu kalau ada adiknya pula.. siapa tahu…..”
APA YANG TERJADI SELANJUTNYA?
Kebutuhan semakin beda, marah mencuat, bersitegang – bertengkar, saling: merendahkan, menyalahkan, menjelek-jelekan & menjatuhkan, saling menuduh, menghakimi, mencap, bahkan sampai menyebut-nyebut orang tua. Akhirnya saling diam-diaman, bicara seperlunya saja semuanya membuat semakin sunyi di hati.
Sudah jelas dalam keadaan seperti ini sulit bagi masing-masing pasangan untuk menunjukkan pengertian, pengakuan apalagi pujian!
Satu tempat tidur tapi seperti beda planet! Berpapasan dipintu berusaha jangan senggolan, beradu kaki ditarik buru2. Kamar sering sekali sunyi, masing-masing dengan aktifitas sendiri sendiri. Tapi hati semakin luka, semakin perih.
Kalau ada tamu : standard ganda. Saling menyebut dan menyapa, seolah tidak terjadi apa-apa : “Iya begitu kan ya Ma/Pa?” (Hahahaha). Begitu tamu pulang, sunyi dan senyap kembali…
Kebutuhan untuk diterima dan didengarkan tetap ada pada masing-masing, sebagai kebutuhan dasar agar tetap menjadi manusia, mulailah terjadi perselingkuhan atau punya teman curhat yang biasanya berujung maksiat atau kawin lagi. Yang popular sekarang adalah BINOR (Bini Orang) atau LAKOR (Laki Orang), yaitu selingkuh dengan teman sekerja, sekantor atau lain kantor atau teman SMP dan SMA dulu. Semua dijaga ; Tahu sama Tahu. Kalau hamil kan punya suami! Yang paling buruk adalah selingkuh sejenis, seperti yang sering dibicarakan akhir-akhir ini. Yang jelas kebutuhan jiwa dapat, material apalagi!
Bayangkan bagaimana bermasalah anak-anak yang tumbuh dalam keluarga seperti ini? Sudahlah mungkin rezeki tidak halal dan thayyib, orang tuanya berbuat maksiat pula.
Banyak sekali orang tidak tahu, memang belum ada penelitiannya, bahwa bila seorang Ayah atau Ibu melakukan maksiat, pasangannya mungkin bisa dikelabuinya, tapi tidak dengan Allah dan anaknya!
Pengalaman saya menunjukkan bahwa anak yang tadinya manis, patuh dan berkelakuan baik, bisa tiba-tiba gelisah, tempramen, tantrum, tak bisa mengendalikan diri, marah, ngamuk dsb. Bila secara diam-diam salah satu ortunya berzina! Bayangkan, berapa banyak sekarang pasangan melakukan hal itu dan hubungkan dengan keresahan jiwa dan kenakalan remaja.
Dalam iklim psikologis, dirumah yang buruk sekali itulah anak tumbuh dan berkembang. Bayangkanlah dampak bagi perkembangan kejiwaan, emosi, kecerdasan, social dan spititualnya!
JADI, BAGIMANA SEBAIKNYA?
Pertama, harus disadari benar bahwa KOMUNIKASI PASANGAN ini sangat PENTING karena ia MENCERMINKAN IKLIM RUMAH : fondasi keluarga, kesehatan pribadi, kesehatan anggota keluarga, cerminan: kekuatan, kelemahan & kesulitan perkawinan dan kelanjutan serta kepuasan hidup!
Intinya, kalau suami usia masih muda sudah sakit-sakitan jangan-jangan ada masalah besar dengan istrinya. Sebaliknya, bila istri masih-muda sakit-sakitan, jangan-jangan suaminya bermasalah!
Untuk itu, kenalilah masa lalu masing-masing pasangan. Apa dan pengasuhan yang bagaimana yang membuatnya seperti sekarang ini yang kita uraikan diatas. Perjodohan adalah sebagian dari iman, karena tidak akan berjodoh Anda dengan pasangan Anda kecuali dengan izin Allah. Jangan mudah menceraikan atau minta cerai, karena itu adalah pekerjaan halal yang dibenci Allah. Perkawinan adalah perjanjian yang sangat kokoh : “Mitsaqan Galidha”. Allah lebih tahu, dari yang Anda rasa dan fikir kurang atau buruk, disitu banyak kelebihan dan kebaikan menurut Allah.
Tapi karena kita kurang waspada dan menyadari bahwa syaithan tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan perkawinan, seperti yang dilakukannya terhadap Nabi Adam dan Ibu Hawa, maka kita akan terkurung dalam penilaian dan pemikiran yang buruk saja tentang pasangan kita.
Jadi, berusahalah untuk meningkatkan keimanan, mintalah pertolongan Allah agar dibukakan mata hati kita untuk : bersyukur, menerima ketentuan Allah, bersangka baik, melihat kelebihan lebih banyak dari kekurangan, menemukan “Inner child” pasangan dan berusaha memaklumi dan perlahan merubahnya.
Kesulitan utama yang banyak dihadapi orang adalah karena dia tidak mengenal dirinya sendiri. Dia sendiri memiliki “inner child” yang parah dan terperangkap disitu. Dia sendiri melimpah, sehingga bagaimana mungkin menolong pasangannya. Dalam situasi seperti ini pasangan ini memerlukan pertolongan ahli, bahkan mungkin butuh terapi. Bila hal ini tidak segera dilakukan, penderitaan keduanya bisa berkepanjangan karena yang jadi korban adalah harapan satu-satunya dimasa depan yaitu : anak-anak mereka !
Selanjutnya adalah menyadari bahwa Allah menciptakan otak kita ini berbeda. Jadi pelajarilah akibat perbedaan ini lewat syeikh Google atau mbah Wiki, dan apa dampaknya pada salah pengertian dan salah harapan antara suami dan istri.
Langkah berikutnya untuk memperbaiki komunikasi adalah belajar MENJADI “PENDENGAR” YANG BAIK. Memang tidak mudah, karena kita dari kecil diajarkan untuk bicara dan bicara : lewat lomba pidato, story telling, debat dan lain sebagainya. Tapi tidak ada lomba mendengar!
MENDENGAR YANG BAIK ADA KIATNYA :
(1.) Hindari penghalang mendengar, yaitu : lebih mudah membuat jarak dengan pasangan, malas komunikasi, kalau ngomong bukannya dengar tapi memikirkan jawaban, menyaring tanda-tanda bahaya dalam percakapan, mengumpulkan data-data untuk mengutarakan pendapat dan memberikan penilaian terhadap apa yang di kemukakan oleh pasangan.
(2.) Berusahalah mendengar yang benar dengan : bukan hanya diam di depan pasangan yang sedang bicara tapi cari tahu (tanpa “baca pikiran”) apa yang dimaksudkan, dikatakan dan dilakukan pasangan . Tunjukkan kita mengerti pasangan, sehingga hubungan terasa jadi lebih dekat, bisa menikmati kebersamaan, menciptakan dan melanggengkan keintiman.
(3.) Mendengar yang benar membutuhkan COMMITMENT & COMPLIMENT. Commitment/ kesepakatan dengan diri kita sendiri artinya dalam mendengar kita berusaha untuk: Mengerti, Memahami, Menyisihkan minat dan kebutuhan pribadi , Menjauhkan prasangka dan berusaha untuk Belajar melihat dari sudut pandangan pasangan.
Sedangkan Compliment/hadiah adalah menunjukkan pada pasangan bahwa “Saya peduli kamu, Saya ingin tahu apa yang kamu pikir atau apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu butuhkan”.
Semua ini memang tidak gampang tapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Cobalah sedikit-sedikit asal jangan Anda menyerah dan kembali ke pola komuniasi yang semula.
Mungkin yang penting sekali untuk Anda ingat :
Kalau ada kerikil dalam sepatu, terasa menganggu dipakai berjalan, buka sepatunya buang kerikilnya, bukan sepatunya yang Anda ganti. Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk Anda!.
Yakin bahwa Anda bisa. Pasti bisa!!
Salam hangat,
Elly Risman, Psi
#EllyRismanParentingInstitute
#ParentingEraDigital
INNER CHILD KU = MASALAH TERBESARKU?
By: Amalia Sinta
"Mbak Sin, aku udah baca teori parenting ini itu. Tapi kenapa aku masih gampang meledak-ledak ke anak ya? Padahal sebelum nikah, aku orang yang sabar. Sekarang anak bertingkah dikit, langsung aku bentak-bentak" 😭
♧♧♧
"Aku nyesel banget abis cubit paha anak sampe dia nangis kejer, mbak. Aku marah karena dia buang-buang makanan yang udah capek-capek ku masakin. Dia bilang gak suka menunya. Tapi aku terlanjur kesel jadi aku paksa dia makan. Aduuh, aku kok jadi kaya mamaku ya mbak, yang dulu suka maksa dan cubitin aku biar mau makan.. 😣
♧♧♧
Hampir tiap malem aku ciumin anakku yang lagi tidur, mbak. Itu caraku minta maaf ke dia. Meski aku tau, itu gak bisa menghapus kesalahanku yang gak bisa nahan amarah dan suka hukum dia dikurung di kamar. Aku cuma pengen dia dengerin aku sebagai orang tuanya mba. Sebetulnya aku gak mau begitu. Karena aku tau rasanya gak enak banget, kaya yang dulu sering aku rasain saat dihukum ayahku.. 😢
♧♧♧
Mengapa rasanya kita susah sekali untuk tidak marah ya?
Padahal hanya untuk hal kecil..
Seolah kata sabar hanya menjadi nasihat tanpa makna..
Mengapa rasanya sulit sekali mengontrol emosi?
Walau hanya untuk hal sepele..
Seolah jawaban atas doa agar tak emosional tak kunjung datang
Bunda,
Mungkin masalahnya bukan pada diri anak balita kita, yang memang sedang masanya bertingkah macam-macam.
Mungkin masalahnya ada dalam diri kita sendiri..
Mungkin inner child dalam diri kitalah yang bermasalah..
INNER CHILD adalah sosok anak kecil yang ada dalam diri kita saat ini.
Inner child menyimpan memori dan emosi tertentu atas sebuah kejadian di masa kecil.
Inner child bisa positif yaitu sosok anak kecil yang menyimpan memori dan emosi tentang kebahagiaan, misal rasa senang gembira saat piknik dan tertawa lepas di saat itu.
Inner child bisa pula negatif, yaitu sosok anak kecil yang menyimpan memori dan emosi negatif, yang sering disebut inner child yang bermasalah.
Sosok inner child yang bermasalah ini bisa berupa anak di beberapa rentang usia, tergantung usia kita saat mengalami kejadiannya.
Misal bisa berupa usia 3 tahun yang merasa kesepian karena tak mendapat cukup waktu, perhatian dan kasih sayang orangtuanya. Orangtuanya sibuk mencari harta, hingga lupa di rumah mereka punya harta paling berharga yang bernama anak.
Bisa berupa anak usia 4 tahun yang memendam kesedihan dan kekecewaan pada orangtua yang terasa tidak adil. Dia tak pernah paham, kenapa menjadi kakak harus selalu mengalah. Dia tidak mengerti, kenapa benar ataupun salah, dia harus dihukum dalam kamar mandi yang terkunci karena berantem dengan adiknya 😭
Bisa berupa anak usia 5 tahun yang trauma atas bentakan dan pukulan dari ayahnya ataupun dibully teman sekolahnya. Si anak tak bisa mengerti, mengapa orangtuanya langsung berteriak marah saat melihat jam dinding sudah menunjuk ke angka tertentu. Dia harus segera memenuhi jadwalnya untuk mandi atau tidur, jika tidak, dia akan kena pukul Orangtuanya tak mau peduli, bahwa dia hanya butuh waktu sedikit lagi menyelesaikan susunan lego yang sedang dirangkainya dengan susah payah. Ia tak pernah diberi kesempatan untuk berpendapat.
Dari kumpulan aneka peristiwa selama hidupnya ketika kecil, akan tercipta beberapa inner child yang bermasalah dalam diri seseorang.
Ketika sekarang kita mengalami peristiwa yang sama, meski posisi kita sudah berubah jadi ibu, memori akan membangunkan lagi inner child yang lama tertidur. Dia akan marah, sebagai wujud ekspresi emosinya yang dulu tertahan. Maka kita menjadi ibu yang pemarah. Yang sebenarnya kita marah pada orangtua kita dulu, namun melampiaskannya ke anak kita sekarang. Anak akan jadi korban emosi orangtuanya, persis seperti kita dulu 😣
Lalu bagaimana cara memutuskan mata rantai luka dan trauma masa kecil ini?
Berikut cara self healing yang bisa dilakukan sendiri untuk menyembuhkan inner child yang bermasalah :
1. PENERIMAAN
Cara pertama untuk berdamai dengan inner child adalah dengan menerimanya. Menerima bahwa iya, kita di masa lalu pernah jadi 'korban', jadi anak yang dikasari, yang disakiti secara verbal ataupun fisik.
Memang rasanya sungguh tidak enak. Rasa sedih, kecewa, marah, takut, kesepian, semua terasa menyesakkan dada. Tapi cobalah mengenali rasa itu lagi, terima bahwa kita memang pernah merasakannya.
Menyangkalnya berarti sama dengan menyangkal keberadaan si inner child dalam diri kita.
Bagaimana mungkin kita akan berusaha menyembuhkannya, bila kita tidak mau menerima keberadaannya?
Selama ini mungkin kita tidak menyadari kehadiran inner child dalam diri kita. Sering dianggap tidak ada, ataupun merasa sudah sembuh sendiri karena kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu dan terlupakan.
Tapi sebenarnya, rasa sesak itu masih ada. Hanya saja mengendap dalam hati terdalam. Dan sebenarnya luka tersebut masih terbuka. Maka saat ada kejadian yang sama terulang, luka itu naik ke permukaan. Rasanya sungguh pedih perih saat tertetesi emosi yang sama.
Dan bila saat itu tiba, ketika kejadian yang sama terulang, ketika anak kita melakukan suatu kesalahan yang sama dengan kita dulu, maka rasanya emosi dalam diri langsung ingin meledak.
2. KOMUNIKASIKAN KE DALAM
Bila terjadi hal demikian, segeralah jauhi anak. Jangan bereaksi apapun padanya. Karena hanya penyesalan yang akan didapat.
Masuk ke kamar, tutup pintu, pejamkan mata dan bicara ke dalam diri kita sendiri, lewat hati.
Ingat-ingat, apakah ada memory yang sama, kejadian yang sama seperti ini, saat kita kecil dulu?
Bayangkan inner child kita, panggil dia dan bicaralah dengannya.
"Wahai diriku yang kecil, datanglah. Hadirlah, aku ingin menemuimu"
Hati akan menuntun kita untuk menampilkan inner child sesuai masalahnya.
Jika masalahnya adalah kesepian, inner child kita bisa berupa sosok anak yang sedang duduk memeluk lutut di pojokan yang gelap.
Jika masalahnya adalah kekerasan dan kurungan, inner child kita bisa berupa sosok anak yang tengah terisak menangis ketakutan dalam kamar mandi yang terkunci.
Jika masalahnya adalah kemarahan, inner child kita bisa berupa sosok anak kecil yang sedang memukuli tembok hingga tanggannya luka dan berdarah.
Datangi perlahan, nyalakan lampunya. Belai lembut rambutnya. Katakan kau ingin menolongnya, menemaninya. Supaya dia gak sendirian. Katakan kau ingin mengobrol dengannya. Supaya dia gak kesepian.
Awalnya mungkin dia akan diam saja. Tapi teruslah tersenyum padanya. Raih kepercayaannya. Bila dia mulai mau membuka mulut, sapalah perlahan.
Kau : hai, apa yang lagi kamu rasakan?
Inner child : dadaku sesak, jantungku berdebar, aku pusing.
Kau : owh itu berarti kamu lagi marah. Marah sama siapa, kenapa?
Inner child : sama mama. Aku habis dimarahi mama. Aku pasti dimarahin kalo minta main sama mama. Mama gak mau nemenin aku main. Jadi aku selalu sendirian.
Kau : oowh gitu. Mama kemana?
Inner child : Mama kadang kerja, kadang di rumah. Tapi kalau di rumahpun aku gak ditemenin. Selalu disuruh main sendiri. Mama di rumah masak terus, nyapu terus, nyuci terus..
Kau : aduh, rasanya gak enak banget ya dimarahin dan selalu sendiri. Tapi sekarang ada aku yang nemenin kamu. Udah gak kesepian lagi kan.
Inner child : iya, aku senang ada yang menemani..
♧♧♧
Dengan berbicara pada inner child yang bermasalah, kita memberikan kesempatan padanya untuk bercerita. Dengan menanggapinya, kita membantu dia melepaskan emosi negatif yang selama ini mengurungnya.
Setelah dia merasa lega, kita pun akan merasakan sebuah kelegaan. Satu kerikil dalam hati telah mampu disingkirkan.
Terry Pratchett, seorang penulis novel fantasi terlaris pernah mengatakan :
"Hello inner child, I'm the inner babysitter!"
Rasanya tepat sekali kalau diri sendiri yang paling pas untuk menjadi pengasuh bagi inner child kita. Karena diri sendiri yang pernah merasakan emosi-emosi si inner child. Maka jadilah pengasuh yang memberikan perhatian, kasih sayang dan pelukan yang dulu tak pernah kita dapat dari orangtua..
3. MEMAAFKAN
Cara berikutnya adalah memaafkan perilaku kedua orangtua kita dulu yang kasar atau berlaku tidak baik saat kita kecil. Selain orang tua, maafkan pula nenek kakek om tante dan saudara kandung yang tinggal serumah. Karena mereka sangat mungkin berkontribusi menorehkan luka di batin kita.
Memaafkan mereka sebetulnya bukan hanya demi kebaikan mereka. Tapi lebih kepada demi kebaikan diri kita sendiri.
Amarah, apalagi dendam yang kita simpan dalam hati, bagaikan bara api yang hanya akan membakar diri sendiri.
Maafkanlah kesalahan mereka. Mereka berlaku demikian bukan karena tidak sayang. Tapi karena ketidaktauan mereka tentang ilmu parenting, karena punya terlalu banyak anak tanpa bisa berbagi waktu dan perhatian yang adil, ataupun karena tekanan ekonomi.
Beruntunglah kita yang kini hidup di jaman serba internet, dimana berbagai ilmu mudah diakses. Termasuk cara mengasuh anak. Lain halnya dengan orangtua kita. Dan besar kemungkinan, cara didik orangtua kita adalah warisan dari kakek nenek kita.
Maka ucapkanlah pada diri sendiri berulang-ulang:
"Ayah ibu, aku sudah memaafkanmu. Aku percaya kalian sungguh mencintaiku. Akan slalu ku ingat betapa besar jasa kalian merawat dan membesarkanku. Kesalahanmu dalam mengasuhku hanya karena ketidaktauanmu, bukan karena tidak sayang. Aku telah memaafkanmu"
Masa lalu tak pernah bisa kita ubah. Tapi kita selalu bisa merubah sikap dalam menghadapinya. Maafkan ketidaksempurnaan masa lalu. Toh kita sudah diberi makan, diberi tempat tinggal dan disekolahkan oleh orangtua. Tanpa mereka, kita tak akan tumbuh besar seperti saat ini.
4. MELEPASKAN
Setelah memaafkan, rasakanlah beban berat itu akan menguap. Hati lebih ringan, pikiran lebih tenang. Lalu lepaskan sisanya. Lepaskan kenangan masa lalu yang menyakitkan itu. Supaya tak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang akan membuat kita berulang melakukan kesalahan yang sama. Fokuslah ke masa sekarang dan masa depan.
♧♧♧
Lakukan rangkaian self healing ini secara rutin. Ulangi untuk memanggil inner child Anda. Lakukan di saat tenang, tidak ada orang. Bisa di malam hari saat semua tertidur.
Bayangkan sosok anak kecil dalam diri anda. Bicaralah dengannya, tanyakan perasaannya. Ingat kembali memori yang menyesakkan hati. Urai satu persatu masalah yang belum terselesaikan. Ungkapkan satu persatu emosi yang masih tertahankan.
Lakukan berulang hingga seluruh bayangan inner child yang tidak bahagia itu menghilang. Digantikan dengan inner child yang tersenyum, ceria, bersemangat dan bahagia.
Martha Beck, seorang penulis lulusan Harvard University pernah mengatakan :
"Caring for your inner child has a powerful and surprisingly quick result : Do It and the child heals"
"Dengan merawat inner childmu, akan memberikan hasil yang luar biasa dan mengejutkan dalam waktu relatif singkat. Lakukan itu dan si anak akan sembuh."
Maka rangkullah inner child kita, sembuhkan, dan kita akan melihat hasil yang menakjubkan.
Diri ini akan lebih bisa memaklumi tingkah anak, akan tidak mudah marah dan hati terasa lebih damai.
Namun bila Anda tak bisa menghadirkan inner child dan punya masa kecil yang sangat kelam, saya sangat menyarankan agar Anda berkonsultasi dengan psikolog, agar dibantu memanggil inner child yang bermasalah dan diharapkan dapat menyelesaikannya dengan baik, agar tidak mengganggu kehidupan Anda saat ini yang telah menjadi seorang ibu. Agar Anda tidak mewariskan kesalahan yang sama dalam mengasuh anak, yang akan terus menurun ke cucu Anda kelak.
♧♧♧
Sudah cukuplah anak kita merasakan juga sakitnya cubitan. Jangan ulangi lagi pukulan. Jangan biarkan dia merasa sendirian, tak didengar pendapatnya, diabaikan dan hidup dalam ketakutan atas bentakan dan makian.
Ayo putuskan mata rantai inner child ini.
Terima. Komunikasi ke dalam. Maafkan. Lepaskan.
Maka masa lalu yang buruk itu akan menjadi pil pahit yang bisa menjadikan kita pribadi yang lebih kuat.
Menjadi ibu yang tahu cara merawat anak dengan baik, tidak melakukan kesalahan yang sama.
Yang lembut namun bisa tegas saat diperlukan, tanpa harus melukai perasaan maupun fisik anak.
Dan saat Hari Ibu ini tiba,
Kita bisa berdiri tegak sebagai ibu yang bahagia
Menjadi ibu yang sepenuhnya dicinta
Oleh anak-anak yang tak dibuat merana
Demi masa depan mereka yang istimewa
Selamat berjuang memutuskan mata rantai inner child ini bunda..
Percayalah, menjadi ibu itu jauh lebih menyenangkan
Saat kita tak lagi dibayangi masa kecil yang menyedihkan..
Selamat Hari Ibu
Untuk seluruh Ibu luar biasa di negri ini.. 😘
#SharingnyaSinta
Jumat, 25 Agustus 2017
# Bunda Sayang
# Ibu Profesional
Cemilan Rabu 3 Materi 3 Bunsay
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar